REPUBLIKA.CO.ID, Menara setinggi 99 meter menjadi andalan Masjid Agung Jateng yang ada di Semarang.
Dari ketinggian 95 meter, ada ruang terbuka yang bisa berputar sehingga leluasa memandang kota Semarang.
Makanya, Masjid Agung masuk jajaran kawasan wisata di Jawa Tengah yang banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.
Di Masjid yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006, menjadi pusat kegiatan nasional maupun internasional.
Di aula masjid ini diselenggarakan pertemuan dari 15 negara. Peringatan Antikorupsi sedunia dipusatkan pula di Masjid Agung ini.
Menurut Ketua Badan Pengelola Masjid Agung Jateng, Drs H Ali Mufiz MPA, sejak awal didirikan masjid ini dibagi menjadi dua bagian. Kawasan ibadah, yaitu masjid, dan plaza.
Sedangkan kawasan komersial meliputi menara masjid, convention hall dengan daya tampung 1.500 orang, serta hotel empat lantai untuk 110 pengunjung. Lahan komersial lainnya yang dimanfaatkan Masjid Agung Jateng berupa perkantoran serta PKL yang dikemas dalam bentuk kios-kios.
Dari usaha komersial tersebut, menara dan convenstion hall yang bisa menutupi biaya operasional masjid. Untuk bayar listrik saja per bulan Rp 70 juta, belum biaya kebersihan dan keamanan di areal seluas 10 ha ini. Apalagi, masjid terbuka selama 24 jam.
Tantangan yang dihadapi pengelola Masjid Agung Jateng berkaitan perawatan dan perbaikan gedung. Ali mencontohkan, ketika satu payung yang otomatis bisa membuka tutup seperti di Masjid Nabawi rusak, biayanya sangat mahal. Satu payung sobek biaya perbaikannya Rp 156 juta.
Untungnya Gubernur Jateng mau membantu biaya perbaikan payung tersebut. Belum lagi biaya perawatan bangunan. Tahun ini Masjid Agung Jateng mendapat hibah dari gubernur yang bisa dipergunakan untuk perbaikan plaza.