Selasa 13 Nov 2012 19:44 WIB

Asiyah, Perempuan Paling Mulia (3)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Masyitoh juga dilempar ke dalam api. Dan, pada saat itulah, ia juga melihat sebuah kebenaran.

Tiba-tiba bayi yang masih dalam gendongan itu berkata, “Wahai ibuku, bersabarlah. Sesungguhnya, engkau berada di atas kebenaran.”

Setelah itu, giliran Masyitoh yang dilemparkan ke api menyusul anak-anaknya.

Melihat kekejaman tersebut, Asiyah tak mampu lagi menahan amarah. Dia mencecar Firaun dan menyatakan keinginannya untuk tidak lagi menjadi istri raja zalim tersebut.

Firaun yang mendengar hal tersebut naik pitam. Ramses lalu menyeru pada kaumnya, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahaim?”

Mereka pun menyanjungnya. Lalu Firaun berkata lagi kepada mereka, “Sesungguhnya, dia menyembah Tuhan selainku.”

Lalu, berkatalah orang Mesir mereka kepada rajanya, “Bunuhlah dia!”

Lalu dimulailah siksaan itu. Ramses memerintahkan para algojonya untuk memasang tonggak dan mengikat Asiyah pada tonggak tersebut. Asiyah lalu diseret di bawah sengatan terik matahari.

Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Namun, siksaan tersebut tak menyurutkan keimanan Asiyah. Tak sedikit pun rasa takut terukir di wajah cantiknya. Tak sedikit pun kesedihan yang terlukis. Siksaan itu justru menguatkan keimanannya.

Dalam siksaan itu, Asiyah pun berseru yang kemudian diabadikan dalam surah at-Tahrim ayat 11. “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Allah mengabulkannya. Dia mencabut seluruh rasa sakit yang dialami Asiyah. Lalu, senyum pun membentang ketika perempuan paling mulia yang bersuamikan manusia paling durjana di muka bumi itu mengembuskan napas terakhirnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement