REPUBLIKA.CO.ID, Melalui berbagai lembaganya, As-Syafi'iyyah telah melahirkan dai, pendidik hingga tokoh masyarakat.
Salah seorang anak KH Abdullah Syafi’ie, Hj Tutty Alawiyah As-Syafi'iyyah, yang kini memimpin perguruan itu mengatakan, As-Syafi'iyyah melahirkan banyak dai, pendidik, hingga tokoh yang berkiprah di tengah masyarakat.
Salah satu contoh, kata Tutty, adalah menyebarnya semangat dakwah melalui Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang cikal bakalnya digerakkan dari As-Syafi'iyyah.
''Saya merasakan betul pendidikan yang diajarkan orang tua saya, almarhum KH Abdullah Syafi'ie,'' ungkap Tutty.
Tutty sendiri kini mengembangkan salah satu warisan besar dari KH Abdullah Syafi’ie, yaitu Perguruan dan Universitas Islam As-Syafi’iyah (UIA) di Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi.
Universitas yang berdiri sejak 1965 ini memiliki tujuh fakultas, yaitu Fakultas Aga ma Islam, Hukum, Ekonomi, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sains dan Teknologi, Ilmu Kesehatan dan Akademi Perawatan. Serta empat program pascasarjana, yaitu Magister Teknologi Pendidikan, Magister Ilmu Hukum, Magister Manajemen, dan Magister Studi Islam.
Dalam menjalankan programnya, Universitas Islam As-Syafi’iyah tetap berkiblat dengan misi yang dicita-citakan pendirinya, KH Abdullah Syafi’ie. “Beliau membangun sekolah, masjid, pesantren di atas tanahnya sendiri dengan bantuan dana dari partisipasi masyarakat,” kata Tutty.
Karena itu, kegiatan pendidikan yang sejak lama didirikan almarhum ingin dikembalikan dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. “Makanya, beliau menyebut dirinya sebagai khodimmu thalabah, yang artinya pelayan orang yang menuntut ilmu,” sambung putri KH Abdullah Syafi’ie ini.
Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Prof Dr Ahmad Satori Ismail, menilai peran As-Syafi'iyyah di bidang dakwah sangat luar biasa. Dengan Badan Kontak Majelis Taklimnya, As-Syafi'iyyah memiliki jaringan dakwah se-Indonesia.
“Bila jaringan ini digunakan secara baik, akan meningkatkan beberapa bidang, khususnya dakwah dan ekonomi serta pendidikan,'' kata Satori.