Selasa 13 Nov 2012 13:44 WIB

Jalan Dakwah As-Syafi'iyah (1)

Rep: Susie Evidia Y/Damanhuri Zuhri / Red: Chairul Akhmad
Sudut kampus Universitas Islam As-Syafi'iyah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sudut kampus Universitas Islam As-Syafi'iyah.

REPUBLIKA.CO.ID, Perguruan As-Syafi'iyyah muncul sebagai salah satu lembaga yang berkiprah untuk memajukan umat Islam.

Perguruan yang didirikan almarhum KH Abdullah Syafi’ie ini, kini terus berkembang dengan lembaga pendidikan, dakwah, dan kegiatan sosialnya.

Kiprah perguruan yang cikal bakalnya berasal dari mushala sederhana bernama Al-Barkah pada 1933 ini tak bisa dipandang sebelah mata.

Perguruan ini kini mengelola Pesantren Khusus Yatim As-Sya fi'iyyah yang banyak mendidik dan membina anak-anak yatim dari ber bagai daerah.

Ada madrasah, SD, dan SMP As-Syafi'iyyah, Pesantren Putra- Putri As-Syafi'iyyah, dan Universitas Islam As-Syafi'iyyah. Badan Kontak Majelis Taklim (BK MT) yang kini jamaahnya menyebar ke berbagai pelosok di Indonesia tak bisa dilepaskan dari kiprah As-Syafi'iyyah.

Tidak hanya dunia pendidikan Islam, warisan almarhum KH Abdullah Syafi'ie yang hingga kini tetap eksis mengudara, yaitu Radio As-Syafi’iyah. Sebelum wafat, ada keinginan almarhum yang belum tercapai, yaitu mendirikan pesantren Alquran.

Cita-cita tersebut dilanjutkan oleh putranya, yakni KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Di atas tanah wakaf seluas 3,3 hektare hibah dari seorang pengusaha dibangun Pondok Pesantren Al-Quran di Pulo Air, Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat.

Pada 1990, Pesantren Al-Quran untuk pertama kalinya menerima santri. Jumlahnya masih belasan orang. Namun, kini lahannya semakin luas sekitar 27 hektare dengan jenjang pendidikan dari TK sampai SMA lengkap dengan asrama. Jumlah santrinya setiap tahun ajaran baru semakin meningkat hingga ribuan.

Didukung tim pengajar yang profesional. Fasilitas Pondok Pesantren Al-Quran sangat lengkap, dari masjid dengan daya tampung 1.000 santri, fasiltas olahraga dan kolam renang, laboratorium IPA, bahasa, komputer, poliklinik, dan perpustakaan.

Para santri yang mondok di pesantren ini datang dari berbagai daerah di Indonesia. Ada juga yang datang dari negeri jiran hingga Jeddah, Arab Saudi. Keunggulan pesantren ini telah meluluskan dan mewisuda para santri yang hafal Alquran 30 juz.

Selanjutnya, KH Abdul Rasyid menginginkan pondoknya ini menjadi tempat pengkaderan ulama. Selain itu, dibangun universitas Islam, dan mendirikan rumah sakit Islam yang berada di lereng Gunung Gede yang sejuk ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement