REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama karikatural saat ini lebih dilirik masyarakat. Hal itu tidak terlepas dari kian massifnya ulama karikatural yang bermunculan di televisi. Fenomena tersebut dinilai sangat miris, di mana ulama substansial yang berasal dari Nahdlatul Ulama malah tidak dilirik.
"Banyak ulama tampil di televisi secara karikatural dan dijadikan panutan masyarakat dibandingkan ulama NU yang penyampaiannya lebih substansial," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa.
Hal itu disampaikan dia dalam Diskusi Panel Ahli 'Agama, Budaya dan Sumber Daya Manusia,' di Gedung PBNU, Jakarta (9/11). Ia lantas menyebutkan beberapa nama sejumlah ulama yang melulu dilirik masyarakat kala tampil di televisi. Padahal kebanyakan dari mereka menonjolkan penampilan yang tampan, lucu, bahkan kemampuan mistisnya ketimbang substansi dakwahnya.
Bagi Ali Masykur Musa, umat Islam saat ini sedang dilanda sekularisme, di mana membeda-bedakan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Padahal, lanjut dia, banyak ulama dan cendekiawan Muslim di masa lalu yang sekaligus sebagai ahli agama maupun ilmu umum seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rushdi.
"Islam adalah agama yang mendorong umatnya meraih dan mengusahakan kejayaan hidup di dunia dan akhirat. Syaratnya adalah ilmu pengetahuan," ujarnya.
Sebagai salah satu negara Muslim demokratis terbesar di dunia, Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusianya dengan ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan saja tidak akan bermanfaat bila tidak dilandasi dengan nilai budaya dan nilai agama yang kuat dari sumber daya manusianya.
"Karena itu, perlu ada integrasi antara iman dan takwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi," pungkas anggota BPK ini.