REPUBLIKA.CO.ID, Aneh rasanya melihat seorang perempuan berhijab berjalan bebas di tengah Rio de Janeiro, kota yang terkenal dengan bikini dan karnavalnya yang liar itu.
Faktanya, Islam memang memiliki tempat, bahkan tumbuh di salah satu kota terpenting di Brazil ini.
“Islam bisa menemukan tempatnya di kota ini,” ujar Alessandra Faria, warga setempat yang setelah berislam beberapa tahun lalu dan mengubah nama menjadi Fatima.
Menurutnya, saat awal masuk Islam dia sempat merasa sedikit resah. “Saya keluar dengan ibu saya suatu hari dengan menggunakan jilbab dan sadar kalau saya adalah bagian dari minoritas,” ungkapnya.
Jilbab yang digunakan Fatima terlihat aneh di Rio. Tak lain karena kebanyakan perempuan di jalanan kota itu mengenakan busana minim. Tapi, seiring berjalannya waktu Fatima tak terlalu ambil pusing dengan hal itu.
“Rio adalah tempat berkumpulnya orang-orang dari latar belakang berbeda. Kota ini sudah terbiasa dengan perbedaan. Orang-orang dari berbagai bangsa, ras, etnis, dan agama datang ke Rio,” katanya.
Pencampuran ini membuat orang Rio sangat adaptif, toleran, dan menjadikan tempat ini kota yang hangat bagi Muslim. Orang lokal menunjukkan penghormatannya terhadap kaum minoritas.
Bahkan, tahun lalu, Pusat Kebudayaan Brazil menampilkan dua karya Muslim dalam pameran lukisan terkenal di Rio. Kini, setidaknya terdapat 500 keluarga Muslim di Rio.
Sebanyak 85 persen dari jumlah tersebut adalah penduduk lokal. Islam di Rio tidak hanya menjadi monopoli penduduk migran dari Libya, Palestina, atau Suriah.