Senin 05 Nov 2012 12:34 WIB

Jamaah Haji Solo Paling Taat, Aceh-Medan Terbandel

 Jamaah haji Kloter pertama Debarkasi Surakarta asal Kabupaten Sukoharjo berdoa usai melakukan sujud syukur setibanya di Bandara Adi Sumarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (1/11) dinihari.       (Herka Yanis Pangaribowo/Antara)
Jamaah haji Kloter pertama Debarkasi Surakarta asal Kabupaten Sukoharjo berdoa usai melakukan sujud syukur setibanya di Bandara Adi Sumarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (1/11) dinihari. (Herka Yanis Pangaribowo/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID,Laporan Wartawan Republika Harun Husein dari Jeddah

JEDDAH -- Jamaah haji asal embarkasi/debarkasi Solo paling banyak mendapatkan apresiasi dari petugas Garuda Indonesia. Sebab, mereka paling patuh dalam soal barang bawaan.

Jamaah asal Solo umumnya datang ke Terminal Barat Bandara King Abdul Aziz dengan hanya membawa satu tas troli dan tas paspor. Mereka pun biasanya bisa melenggang ke pesawat dengan mulus, tanpa harus melalui pemeriksaan yang berbelit-belit.

Rapinya jamaah asal Solo itu diungkapkan sejumlah petugas passenger handling Garuda Indonesia, antara lain Sugiarno. “Kalau Solo bagus banget, rapi. Jakarta juga bagus. Yang agak sulit itu Medan, Banda Aceh, dan Ujungpandang,” katanya di Jeddah, Ahad (4/11).

Terhadap jamaah haji asal Banda Aceh, Medan, dan Ujungpandang, petugas passenger handling Garuda Indonesia harus menggunakan berbagai macam jurus. Mulai membujuk, mengimbau, hingga memerintahkan barang bawaan berlebih dikumpulkan,  sambil mengacung-acungkan kertas berisi surat pernyataan barang bawaan yang ditandatangani setiap jamaah haji.

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, setiap jamaah haji memang telah menandatangani surat pernyataan barang bawaan. Mereka menyatakan hanya akan membawa satu koper dengan berat maksimum 32 kilogram, tas troli dengan berat maksimum 7 kilogram, dan tas paspor.

Dalam menghadapi jamaah asal Medan dan Banda Aceh, sejumlah petugas passenger handling bahkan mengaku sempat bersitegang dengan panas. Karena, jamaah haji enggan meninggalkan barang bawaannya dengan alasan oleh-oleh untuk keluarga di kampung.

Saat menangani jamaah asal Aceh, pada Ahad siang, misalnya, Sugiarno dan kawan-kawan mendapat perlawanan serius. “Waktu barang bawannya yang berlebih mau kami kami ambil, kami diajak berantem, ada juga yang meneriaki kami pencuri,” kata petugas berbadan ceking ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement