Jumat 19 Oct 2012 17:03 WIB

Shalat Sunah di Hijir Ismail

Heri Ruslan
Foto: Daan/Republika
Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Heri Ruslan

 

 

Setiap kali menunaikan thawaf sunah, Riko Noviantoro selalu menyempatkan diri shalat di Hijir Ismail.  Tak mudah untuk memasuki bagian lingkaran yang berada  di dekat Ka’bah dari sebelah utara itu, karena  setiap jamaah berlomba-lomba untuk shalat sunah di dalamnya.

 

‘’Tentu sangat bahagia bisa shalat sunah di  Hijir Ismail,’’ ujar pria asal Tangerang Selatan, Banten itu.  Betapa tidak.  Hijir Ismail adalah bagian dari Ka’bah.  Karenanya, shalat sunah di Hijr Ismail sama seperti shalat di dalam Baitullah.

 

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Aisyah ingin shalat di dalam  Ka’bah.  Ia lalu menarik Rasulullah dengan kedua tangannya agar diajak masuk ke dalam Baitullah. Lalu Nabi SAW bersabda, ‘’Shalatlah di dalam hijir jika memang engkau ingin memasuki Baitullah, sebab dia adalah bagian Baitullah.’’

 

Setelah menunaikan shalat sunah, jamaah haji dari berbagai negara memanjatkan doa di tempat itu. Mereka duduk bersimpuh. Tak sedikit dari mereka yang berdoa sembari menangis bahkan ada pula yang histeris, terutama  jamaah asal Turki, Pakistan, dan India.

 

Jamaah tak bisa berlama-lama shalat dan berdoa di Hijir Ismail. Antreannya cukup banyak.  Saya baru sekali shalat sunah di Hijir Ismail seusai thawaf. Untuk bisa shalat di tempat yang spesial itu, saya harus menunggu jamaah lain yang selesai shalat dan berdoa.

 

Alhamdulillah, saya bisa shalat di bawah pancuran emas. Seusai shalat dua rakaat dan berdoa, saya segera bangkit karena jamaah lain menunggu. Di dalam Hijir Ismail saya sempat memeluk Ka’bah yang begitu harum.

 

Subhanallah, saya tak pernah membayangkan bisa memeluk Baitullah, Ka’bah. Doa-doa pun saya panjatkan kepada Pemilik Baitullah di dalam Hijir Ismail.  Hijir Ismail adalah tempat yang juga selalu dikunjungi Rasulullah SAW.

 

Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menunaikan thawaf di sekeliling Ka’bah dan menunaikan shalat di Maqam Ibrahim, kemudian berwitir di hijir, lalu mendatangi zamzam dan minum di situ, serta mengguyur kepala dan wajahnya.

 

Setiap shalat lima waktu tiba,  Hijir Ismail akan dikosongkan. Askar – polisi Masjidil Haram – akan memasang pita pembatas agar jamaah haji tak masuk ke wilayah Hijir Ismail.  Menurut Atiq bin Ghaits al-Biladi, tak seorang pun dibolehkan shalat fardu di dalam hijir.

 

Hal yang sama berlaku bagi jamaah yang thawaf. ‘’Tidak sah thawafnya jika seorang jamaah melintas Hijr Ismail, kecuali melalui bagian belakangnya.’’

 

Soal keutamaan Hijir Ismail, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata bahwa Nabi Ismail AS mengadu kepa Allah SWT tentang panasnya kota Makkah. Kemudian, Allah SWT berfirman kepadanya, ‘’Sesungguhnya Aku membukakan untukmu sebuah pintu dari surga. Di hijir itu mengalir roh darinya kepadamu hingga hari kiamat.’’

 

Menurut Atiq,  di tempat itulah Ismail AS tutup usia.  Sehingga, ada yang berpendapat di tempat itu – di antara mizab (pancuran air) hingga pintu hijir sebelah barat – terdapat kuburan Nabi Ismail.

 

Konon, Abdullah bin Zubair pernah menggali hijir, lalu dia menemukan sebuah wadah yang terbuat dari batu hijau. Ia lalu bertanya kepada kaum Quraisy mengenai benda itu dan tak seorang pun mengetahuinya.

 

Zubair mengirimkan utusan untuk menanyakan temuan itu kepada Abdullah bin Sofwan. Kepada utusan itu,   Abdullah bin Sofwan berkata, ‘’Ini adalah kuburan Ismali, maka janganlah kamu mengusiknya. Ibnu Zubair pun lalu membiarkannya.

 

Ibnu Abi Najih berkata, ‘’Di dalam hijir itu terdapat sebuh batu yang terpendam. Di atas batu itu terdapat tulisan ‘para penghuninya diberkahi di dalam air dan susu’.‘’ Selan itu,  Ishaq berkata, ‘’Kuburan Ismail dan ibunya Hajar terdapat dalam hijir.’’ (Al-Azraqy: I/313).

 

Subhanallah,  setiap tempat di sekeliling Ka’bah ternyata penuh dengan keutamaan dan nilai sejarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement