Jumat 19 Oct 2012 14:09 WIB

Menahan Amarah (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sahabat Anas telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun, namun belum pernah sekali pun beliau berkata uff (membentak) kepadanya.

Dan beliau belum pernah berkata, “Kenapa kamu berbuat demikian” terhadap sesuatu yang tidak dilakukan Anas.

Siti Aisyah RA pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, kemudian dijawabnya, “Akhlak Nabi SAW adalah Alquran.” Beliau ridha karena Alquran, dan beliau marah juga karena Alquran.

Rasulullah SAW adalah seorang pemalu, sehingga tidak pernah menghadapi seseorang dengan sikap yang kurang simpatik. Apabila beliau merasa tidak senang, hal ini bisa dilihat dari perubahan roman mukanya.

Pada suatu saat, pernah sampai kepada beliau berita dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan perkataan seseorang dan ini merupakan bagian yang tidak diniati karena Allah, maka beliau merasa berat menerima berita ini.

Wajah beliau tampak berubah dan marah, tetapi hanya berkata, “Nabi Musa pernah disakiti lebih dari ini,” dan beliau tetap bersabar. Apabila melihat atau mendengar hal-hal yang dibenci Allah, beliau marah dan segera menegurnya, tidak mendiamkannya begitu saja.

Pada suatu ketika, beliau memasuki rumah Siti Aisyah RA, tiba-tiba beliau melihat kelambu bergambar, maka berubahlah wajah beliau dan segera merenggutnya seraya berkata, "Sesungguhnya, manusia yang paling keras siksaannya besok di hari Kiamat adalah mereka yang membuat gambar seperti ini.”

Dan ketika sampai kepadanya pengaduan tentang seorang imam yang memperpanjang shalatnya, sehingga ada makmum yang memisahkan diri dari shalat tersebut, beliau sangat marah dan segera menasihati umatnya agar meringankan shalatnya.

* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement