REPUBLIKA.CO.ID, Para ahli tafsir mengatakan bahwa setiap manusia diciptakan dengan membawa fitrahnya masing-masing.
Sebagaimana diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya, "Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua ibu-bapaknyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Dalam satu hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i diterangkan bahwa ketika terjadi suatu peperangan, banyak di antara sahabat membunuh anak-anak kaum musyrikin. Berita itu sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabat, "Jangan begitu! Ingatlah bahwa yang terkemuka di antara kamu sekarang ini adalah anak-anak dari orang musyrik, maka jangan dibunuh keturunannya. Ingatlah bahwa tiap-tiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah, sampai lidahnya bisa berucap. Ayah dan ibunyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya.”
Menurut ajaran Islam, fitrah yang dibawa oleh manusia sejak lahir ke dunia ialah naluri beragama tauhid. Naluri beragama tauhid inilah yang dimaksud dengan fitrah yang diciptakan Allah SWT pada manusia.
Jika di dunia ada orang yang beragama tauhid (Islam), maka agama yang dianutnya sesuai dengan fitrahnya, karena agama itulah agama yang benar menurut fitrah manusia.
Sebaliknya, jika ada yang beragama selain agama tauhid, berarti agamanya sesat, karena tidak sesuai (bertentangan) dengan fitrahnya sebagai manusia seperti ditegaskan Allah SWT di dalam ayat Alquran, "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam...” (QS. 3: 19).
Pada ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. 3: 85).
Ikuti Whatsapp Channel Republika
