REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Bahasa menjadi salah satu kendala yang dihadapi tim medis saat merawat jamaah calon haji yang sakit. Sebab, tak semua jamaah bisa berbahasa Indonesia.
''Kendala bahasa bisa menjadi masalah juga,'' ujar Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), dr Agus Widiyatmoko SpPD.
Menurut dia, ada sebagian pasien dari daerah tertentu yang hanya berkomunikasi dengan bahasa ibunya.
Ia mencontohkan, ada seorang pasien yang meminta makan dengan bahasa daerahnya dan tim kesehatan tak mengerti. Akhirnya, jamaah calon haji yang sakit itu marah-marah.
''Salah satu yang kami lakukan untuk mengatasi kendala itu dengan mengidentifikasi bahasa asal pasien,'' papar Agus. Menurut dia, mengenal bahasa ibu pasien akan sangat membantu.
Dengan menggunakan bahasa daerahnya, kata dia, pasien akan menjadi lebih tenang dan cepat sembuh. ''Berkomunikasi dengan bahasa lokal sangat penting dilakukan.''
Agus mengungkapkan, tim BPHI sudah sangat lengkap dan bisa melayani seluruh pasien dengan baik. Hingga Jumat (5/10) pagi waktu Arab Saudi, jumlah pasien jamaah haji yang dirawat jalan di BPHI mencapai 64 orang.
''Sedangkan, pasien jamaah haji yang dirawat inap sebanyak 35 orang,'' kata Agus. Padahal, sehari sebelumnya jumlah pasien rawat inap hanya 25 orang.
Selain itu, papar Agus, ada lima jamaah haji yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah Kota Makkah. Menurut dia, sebagian pasien yang dirawat di BPHI Makkah merupakan jamaah yang dievakuasi dari Madinah dan Jeddah.