Rabu 03 Oct 2012 15:54 WIB

Fatwa Qardhawi tentang Bunga Bank (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Riba (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Riba (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sedangkan Syekh  Syaltut tidak pernah memperbolehkan bunga riba, hanya dia pernah berujar, "Bila keadaan darurat—baik darurat individu maupun darurat ijtima'iyah—maka bolehlah dipungut bunga itu."

Dalam hal ini dia memperluas makna darurat melebihi yang semestinya,  dan  perluasan dia ini tidak saya setujui. Yang pernah beliau fatwakan juga ialah menabung di bank sebagai sesuatu yang lain dari bunga bank. Namun, saya tetap tidak setuju dengan pendapat ini.

Islam tidak memperbolehkan seseorang menaruh pokok  hartanya dengan  hanya  mengambil  keuntungan.  Apabila dia melakukan perkongsian,  dia  wajib  memperoleh  keuntungan   begitupun kerugiannya. 

Kalau  keuntungannya sedikit, maka dia berbagi keuntungan sedikit, demikian juga jika memperoleh keuntungan yang banyak. Dan jika tidak mendapatkan keuntungan, dia juga harus menanggung kerugiannya. Inilah makna persekutuan  yang sama-sama memikul tanggung jawab.

Perbandingan  perolehan  keuntungan  yang tidak wajar antara pemilik modal dengan pengelola. Misalnya, pengelola memperoleh  keuntungan  sebesar  80%-90%  sedangkan  pemilik modal  hanya  lima  atau  enam  persen, atau terlepasnya tanggung  jawab  pemilik  modal  ketika  pengelola mengalami kerugian, maka  cara  seperti ini menyimpang  dari  sistem ekonomi  Islam  meskipun  Syeh  Syaltut  pernah  memfatwakan kebolehannya. Semoga Allah memberi rahmat dan ampunan kepada beliau.

Maka pertanyaan apakah dibolehkan mengambil bunga bank, saya jawab tidak boleh. Tidak halal baginya dan  tidak  boleh  ia mengambil bunga  bank,  serta  tidaklah  memadai  jika  ia menzakati harta yang ia simpan di bank.

sumber : Fatawa Al-Qardhawi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement