REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan
‘’Titip sandal, ya… Emak mau mencium Hajar Aswad dulu,’’ ujar Siti Nawang Tjintana sambil menyerahkan kantong berisi sandal.
‘’Emak pasti bisa, bismillah saja,’’ kata saya.
Ibu lima anak itu kemudian menerobos kerumunan ratusan jamaah haji yang berlomba-lomba ingin mencium dan menyentuh sudut Ka’bah sebelah timur itu.
Keinginannya untuk mencium Hajar Aswad begitu kuat. Meski tubuhnya mungil, atas izin Allah, Siti Nawang Tjintana yang biasa kami panggil Emak mampu menerobos ratusan jamaah yang berebut mencium batu yang mulia itu.
Menurut Atiq bin Ghaits Al-Biladi dalam Fadha’il Makkah wa Hurmat al-Bayt al-Haram, selain batu yang terdapat pada Ka’bah Al-Musyarafah tak ada batu lain lagi di bumi ini yang boleh dicium dan dibacakan takbir atasnya oleh manusia.
‘’Alhamdulillah, Emak akhirnya bisa mencium Hajar Aswad,’’ tutur nenek enam cucu itu dengan mata berkaca-kaca.
Malam itu, saya belum berhasil mendekat apalagi menyentuh dan mencium Hajar Aswad. Gelombang jamaah yang ingin mencium dan memegang Hajar Aswad begitu banyak. Jamaah berebutan dan berdesak-desakan.
Hidung saya malah terkena sikut jamaah haji berbadan besar asal India saat berlomba mendekati Hajar Aswad. Saya pun memilih untuk mundur dari kerumunan jamaah yang berebut mencium batu suci tersebut pada malam itu.
Mimpi saya untuk menyentuh Hajar Aswad baru tercapai seusai menunaikan thawaf sunah di malam ketiga. ‘’Alhamdulillah, semoga bisa menciumnya nanti,’’ guman saya dalam hati.
Setiap Muslim yang berkunjung Baitullah pastilah ingin mencium Hajar Aswad. Namun, tak mudah untuk mencium dan menyentuhnya saat Ka’bah dipenuhi lautan umat Islam yang ber-thawaf.
Ibnu Umar mengungkapkan, Rasululah SAW telah selalu menyentuh dua sudut Ka’bah yakni, rukun Yamani dan Hajar Aswad. Para ulama menyebut batu itu sebagai tanda-tanda kebesaran Allah di muka bumi ini.
Ibnu Abas pernah berkata, ‘’Di bumi ini tak ada sesuatu pun yang berasal dari surga, selain Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim.’’ Sesungguhnya, kata dia, keduanya adalah permata yang berasal dari surga. ‘’Seandainya keduanya tak tersentuh kaum musyrik, niscaya setiap orang sakit yang menyentuhnya akan disembuhkan oleh Allah.’’ (Al-Azraqy:II/29).
Jamaah haji dari berbagai negara berlomba-lomba mencium dan menyentuh Hajar Aswad karena keutamaannya. Diceritakan dari Atha’ bin Sayib, Ubaid bin Umair berkata kepada Ibnu Umar, ‘’Aku melihat engkau berdesak-desakan demi menyentuh dua rukun ini (Rukun Yamani dan Hajar Aswad).’’
Ibnu Umar menjawab, ‘’Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata bahwa menyentuh Rukun Yamani dan Hajar Aswad bisa menghapuskan kesalahan-kesalahan.’’
Bahkan, Ibnu Abbas pernah mengatakan sudut hitam atau Hajar Aswad merupakan yamin Allah SWT di bumi. ‘’Dengannya, Dia menyalami hamba-Nya sebagaimana seseorang bersalaman dengan saudaranya,’’ ujar Ibnu Abbas.
Subhanallah, tak heran jika umat Islam berjuang sekuat tenaga untuk menyentuh dan menciumnya. Bahkan, Ibnu Umar hidungnya sempat berdarah-darah beberapa kali demi mencium dan menyentuh batu yang sangat suci tersebut.
Bahkan di Hari Akhir kelak, menurut Ibnu Abbas, Allah Azza Wa Jalla akan mengutus Hajar Aswad dengan sepasang mata yang dapat melihat dan sebuah mulut yang dapat berbicara untuk memberikan kesaksian bagi orang-orang yang pernah menyentuhnya secara hak (benar). (Al-Azraqy: I/324).
Hajar Aswad tak pernah sepi dari orang-orang yang ingin menyentuh dan menciumnya. Barang kali batu itu hanya tak disentuh dan dicium pada waktu shalat lima waktu saja.
Sungguh sangat beruntung mereka yang bisa mencium dan menyentuhnya dengan benar.
Bismillahi wallahu akbar…