Jumat 28 Sep 2012 07:30 WIB

Melawan Poster Anti-Islam di New York

Rep: Fernan Rahadi/ Red: M Irwan Ariefyanto
Mona Eltahawy, jurnalis
Foto: cbsnews
Mona Eltahawy, jurnalis

REPUBLIKA.CO.ID,In any war between the civilized man and the savage, support the civilized man. Support Israel defeat jihad (Poster anti-Islam di subway New York)

Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali membuktikan perlindungan kebebasan berekspresi yang mereka gembar-gemborkan selama ini sangat bias. Baru-baru ini aparat menangkap jurnalis Amerika keturunan Mesir, Mona Eltahawy (45 tahun), karena menyemprotkan cat ke satu poster antijihad di stasiun subway New York City.

Polisi mengatakan, Eltahawy dituduh membuat kerusakan umum dan grafiti. Penangkapannya direkam wartawan New York Post yang langsung mengunggahnya ke internet. "Ini adalah protes nonkekerasan. Lihatlah Amerika yang seperti ini!" teriak Eltahawy saat polisi memborgol tangannya. "Saya adalah seorang Amerika keturunan Mesir dan saya menolak kebencian," kata dia lagi.

Sebelum penangkapan, wartawan New York Post Pamela Hall sempat menghalang-halangi Eltahawy dengan mengatakan poster itu adalah bentuk kebebasan berekspresi warga. Eltahawy yang geram mengatakan pada Hall, ia juga berhak berekspresi terhadap poster itu. Hall berdiri di depan poster, sementara Eltahawy mengacungkan dan menyemprot kaleng cat ke arah Hall sembari berkata, "Bagus..bagus.. Anda membela rasisme rupanya."

Setelah penangkapannya Selasa (25/9), Eltahawy bergerak lewat media sosial. Dia memanfaatkan twitter untuk kampanye pembebasan diri. Di laman twitternya ia menulis, "Jika Anda pengguna twitter, buatlah tweet yang mengatakan Mona Eltahawy ditangkap." Sejak saat itu kicauan penghuni twitland meminta Eltahawy dibebaskan terus bergema lewat hashtag #freemona. Polisi akhirnya membebaskannya. Namun, kisah Eltahawy tidak berhenti di situ.

Aksi Eltahawy ini memperlihatkan bagaimana realitas kebijakan Pemerintah AS terhadap Islam. Karena berdekatan dengan aksi Eltahawy, publik masih ingat bagaimana video the Innocence of Muslims menghina Islam dan menimbulkan kerusuhan di berbagai negara. Bedanya, Eltahawy ditangkap polisi karena mencoret poster anti-Islam. Sementara pembuat film the Innocence of Muslims hingga kini bebas melenggang.

Ada puluhan poster antijihad yang bertebaran di 10 stasiun kereta bawah tanah (subway) di sepanjang Kota Manhattan, Washington DC, dan San Fransisco. Poster itu dibiayai oleh the American Freedom Defense Initiative. Ada tiga organisasi yang mendukungnya, yaitu atlasshrugs.com, jihadwatch.com, dan sior.us. Poster-poster provokasi itu milik aktivis politik konservatif American Freedom Defense Initiative (AFDI) Pamela Geller.

Geller memang terkenal karena sikap anti-Islamnya. Dia merogoh koceknya sendiri untuk membuat poster yang satu lembarnya seharga 6.000 dolar AS dan poster baru akan dicopot sebulan lagi.

Awalnya Otoritas Transportasi Metropolitan New York menolak memasang poster provokatif ini. Mereka menganggap merendahkan Islam. Namun, satu hakim federal Juli lalu memutuskan poster-poster tersebut sah dipublikasikan karena sesuai dengan Konstitusi AS yang menjamin kebebasan berekspresi.

Sejak kasus Eltahawy tersebar di dunia maya, lebih banyak lagi poster anti-Islam yang dirusak. Sore kemarin empat orang ditangkap karena menempelkan stiker di poster-poster tersebut. Stiker itu bertuliskan, 'Rasis Membenci Perkataan' dan 'Muslim Disambut di Sini'.

Ini bukan kali pertama Eltahawy memancing kontroversi. Tulisan-tulisannya tentang isu-isu perempuan dan Islam di sejumlah media ternama AS, seperti Washington Post dan New York Times sering memancing perhatian publik. Banyak yang menganggap opini mantan wartawan the Guardian dan mantan koresponden Reuters itu salah menafsirkan Islam sehingga memperkuat prasangka buruk di Barat.

Tetapi, tidak sedikit yang mengapresiasi Eltahawy. Dua tahun terakhir ia masuk ke dalam deretan 100 Perempuan Arab Paling Berpengaruh di majalah Arabian Business. Master di bidang Jurnalisme Universitas Amerika di Kairo tersebut juga pernah mendapatkan Special Prize for Outstanding Contribution to Journalism dari Anna Lindh Foundation (2010) dan Muslim Leader of Tomorrow oleh the American Society for Muslim Advancement (2005).

sumber : ap, reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement