Senin 17 Sep 2012 21:55 WIB

Ummu Hakim, Resepsi di Medan Perang (2)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Godaan itu tidak seberapa, justru paling berat ialah kelakuan budaknya yang selama perjalanan menggodanya. Ummu Hakim bergeming.

Sesampainya di kampung si budak, Ummu Hakim melaporkan tindakan tak sedap itu kepada penduduk setempat.

Budak pun dihukum. Ummu Hakim akhirnya memutuskan ke Yaman sendirian. Ia yakin Allah SWT bersamanya.

Hidayah

Selama perjalanan, ia berharap sampai di pelabuhan sebelum kapal yang membawa suaminya berangkat ke Yaman. Doanya terkabul.

Ia bertemu dengan sang suami. Tak pelak, kedatangannya mengejutkan Ikrimah. Ummu Hakim meyakinkan suaminya untuk kembali ke Makkah.

Ikrimah tak merespons ajakan itu dengan mudah. Mustahil, musuh yang ia benci berbalik akan melindunginya. Hatinya pun luluh setelah sang istri berulang kali meyakinkan jaminan atas dirinya.

Ia mengemukakan keagungan akhlak Rasulullah. Memaafkan orang musyrik yang bertobat. Ajaran yang dibawanya pun penuh dengan kedamaian. Islam benar-benar sebagai agama yang sempurna.

Perlahan, darah kekejaman yang mengalir dari ayahnya berganti keluluhan dan kepasrahan untuk Islam. Ummu Hakim tiada henti bersyukur. Tiba di Makkah, Ikrimah menghadap Rasulullah dan menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah.

Putra Abu Jahal ini mendalami Islam secara kafah. Tidak hanya rajin beribadah, taat kepada Rasulullah, tetapi juga siap syahid berperang di jalan Allah. Nabi berpesan agar tidak mencela ayah Ikrimah.

Makian kepada orang yang sudah meninggal berarti menyakiti orang yang masih hidup walaupun makian itu tidak didengar oleh yang sudah meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement