REPUBLIKA.CO.ID, Kemudian, muncullah kerajaan kembar bernama Kerajaan Gowa-Tallo. Sejak raja Tallo ketiga, raja-raja Tallo menjadi mangkubumi Kerajaan Gowa.
Jalannya pemerintahan sehari-hari berada di bawah pengawasan mangkubumi atas nama raja. Ibukota Somba Opu memperkuat pertahanannya dengan mendirikan dinding tembok dari batu bata di sekeliling kota.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Dalam perkembangannya, Kerajaan Gowa-Tallo tampil sebagai pemegang hegemoni politik di kawasan nusantara bagian timur.
Pada masa pemerintahan raja Gowa ke-9 dan 10, wilayah kekuasaan kerajaan diperluas hingga menjangkau Pangkajene, Sidenreng, Sawito, Soppeng, Lamuru, dan Bulukumba.
Pada masa itu, kehidupan rakyat Gowa-Tallo juga mengalami kemajuan. Rakyatnya giat sekali mengembangkan keahlian pada berbagai bidang kerajinan, seperti membuat barang-barang hiasan emas, berbagai alat senjata, mesiu, dan kapal.
Berkembangnya Gowa-Tallo menjadi salah satu kerajaan yang kuat di Kepulauan nusantara tak lepas dari faktor meningkatnya kegiatan perdagangan di kawasan Indonesia bagian timur.
Letak Kerajaan Gowa-Tallo yang sangat strategis di semenanjung barat daya Pulau Sulawesi menjadikannya sebagai tempat transit para pedagang dari barat nusantara ke timur, khususnya Maluku, yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis juga menjadi berkah bagi Kerajaan Gowa. Betapa tidak. Para saudagar Muslim kemudian mengalihkan kegiatan dagang mereka ke kawasan timur. Kendati bukan penghasil rempah-rempah seperti halnya Maluku, Gowa-Tallo menjadi sangat penting sebagai tempat singgah para pedagang.




