Jumat 07 Sep 2012 22:03 WIB

Memahami dan Menghargai Perbedaan (1)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Hidup di tengah-tengah masyarakat yang heterogen, adakalanya perbedaan pendapat, mazhab, dan afiliasi politik, misalnya, sulit dihindari.

Tiap-tiap individu atau kelompok memiliki cara pandang sekaligus argumentasi untuk menguatkan pendapat mereka.

Keberagaman ini tak jarang pula memicu gesekan-gesekan kecil. Satu dari beberapa, bahkan menimbulkan konflik horizontal. Selain itu, mungkin ada pihak ketiga yang memancing di air keruh.

Diakui atau tidak, memang kesadaran saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut masih perlu ditingkatkan agar tidak dibilang minim. Lantas, bagaimana kaidah menyikapi sebuah perbedaan dan mengelolanya agar tak berdampak negatif?

Prof Hani bin Abdullah Al-Jabir dalam artikelnya yang berjudul “Min Adab Al-Khilaf wa At-Ta’amul Ma’a Al-Mukhalif” menerangkan deretan kaidah yang penting diperhatikan menyikapi perbedaan pendapat. Ini penting, mengingat kecenderungan saat ini yang muncul di dunia Islam ialah fanatisme berlebihan dari kelompok radikal dan fundamental.

Sikap apriori yang ditunjukkan kepada pihak yang berbeda, sebagiannya berujung pada aksi anarkisme. Seperti pembakaran tempat ibadah dan perusakan hingga penganiayaan. “Kondisi itu patut disayangkan,” kata Hani.

Hal pertama yang ia garis bawahi ialah bersikap proporsional. Perbedaan tidak akan berujung konflik selama tidak disertai dengan sentimen dan kebencian. “Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.”

Ia mengutip komentar Ibnu Taimiyah atas perintah berbuat adil dan proporsional terhadap lawan yang tertuang di Surah Al-Maidah ayat 8. Sekalipun, musuh yang bersangkutan adalah orang kafir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement