REPUBLIKA.CO.ID, Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.
Bahkan, manusia juga membutuhkan hewan sebagai kendaraan dan lainnya, tumbuh-tumbuhan sebagai makanan, serta ilmu pengetahuan untuk memahami seluruh ciptaan Allah.
Dari sekian banyak syariat Islam yang diperintahkan kepada kaum Muslim, yang mengandung hubungan horizontal bagi sesama manusia, misalnya zakat, haji, shalat, dan kurban.
Sedangkan puasa, sebagaimana diterangkan dalam Hadis Qudsi adalah untuk Allah, karena hanya Allah yang mengetahuinya.
Namun, puasa sesungguhnya juga mengandung unsur sosial, karena orang yang berpuasa bisa merasakan rasa lapar yang biasa dirasakan kaum dhuafa. Karenanya, seluruh praktik dan ritual ibadah yang diajarkan dalam Islam memiliki nilai-nilai sosial.
Seperti halnya shalat, puasa, zakat, dan haji, dalam ibadah kurban juga terdapat nilai-nilai sosial. Terlebih lagi dalam Kitab Suci Alquran maupun hadis banyak terkandung ajaran-ajaran sosial kemanusiaan, seperti berbuat baik kepada tetangga, menolong orang lain, berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit, memberi makan fakir miskin, dan lain sebagainya.
Melalui ibadah kurban, seorang hamba ditempa untuk memiliki jiwa kepedulian terhadap orang lain. Salah satu hikmah berkurban adalah menggembirakan golongan fakir miskin.
Sebab, tidak semua orang mampu makan dengan daging walaupun dia tinggal di kota besar. Maka dianjurkan sekali bagi orang yang mampu untuk berkurban dan membagi-bagikan daging dari hewan kurban tersebut kepada fakir miskin.