REPUBLIKA.CO.ID, Setahun sebelum fenomena Supernova 'mengguncang' dunia, Khalifah Al-Hakim pada 1005 M mulai mendirikan Dar Al-Ilm (Rumah Pengetahuan) di Kairo.
Ini merupakan universitas umum yang informal. Sehingga, siapa saja bisa datang untuk membaca, menyalin buku, belajar, atau ikut perkuliahan berbagai bidang studi. Di tempat itu diajarkan teologi, tata bahasa, filologi, kedokteran, dan astronomi.
Sedangkan astrologi tak diajarkan di Dar Al-Ilm. Al-Hakim kurang suka dan tak menaruh perhatian pada bidang astrologi. Bahkan, pada 1013 M, khalifah melarang umat Islam untuk mempraktikkan astrologi.
Sejumlah astrolog pun sempat kena cekal sang khalifah. Sang khalifah lebih mendukung pengembangan studi astronomi dan turut mensponsori berdirinya observatorium.
Ibnu Ridhwan memang tak menceritakan Dar Al-Ilm dalam biografinya. Namun, menurut para sejarawan, Dar Al-Ilm sempat menjadi pusat kegiatan intelektual bagi masyarakat di Kota Kairo. Dalam autobiografi yang ditulisnya, Ibnu Ridhwan mengisahkan perjalanan hidup masa kecilnya.
Saat masih kanak-kanak, ia menikmati pendidikan dasarnya di masjid sekitar rumahnya. Di tempat itu, dia mulai belajar membaca dan menulis serta menghafal Alquran. Memasuki usia 15 tahun, Ibnu Ridhwan memilih untuk belajar ilmu kedokteran dan filsafat.
"Saya kurang beruntung," ungkapnya. Ia mengaku harus membiayai pendidikannya dengan keringat sendiri. "Studi saya menjadi terhambat oleh berbagai halangan dan kesulitan."
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Ibnu Ridhwan mengaku harus menjalankan praktik astrologi. Terkadang, dia juga mempraktikkan ilmu kedokterannya. "Kemudian saya juga mengajar."




