Kamis 30 Aug 2012 17:47 WIB

Nilometer, Perpaduan Arsitektur Islam dan Yunani Kuno (6-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.
Foto: en.wikipedia.org
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.

Astronom

Sebelum terjun dalam bidang teknik sipil, sejatinya Al-Farghani adalah seorang astronom. Al-Farghani begitu populer sebagai astronom karena mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah “Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilmu Al-Nujum” (Elemen-elemen Astronomi). Buku ini mengulas mengenai gerakan celestial dan kajian atas bintang.

Pada abad ke-12 M, buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus.

Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori Ptolemeus, tetapi kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.

Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjemahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan “The Elements of Astronomy” dalam bahasa latin ditulis pada abad ke-12. Salah satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an.

Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan ia masukan dalam karyanya, “La Vita Nuova”. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli, menerjemahkannya pula ke dalam bahasa Yahudi.

Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669, Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Al-Farghani di Eropa.

Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan bernama Abd Al-Aziz Al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd Al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.

Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di berbagai perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa.

Di era kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakkil, ia memutuskan untuk terjun di bidang teknik sipil. Pada 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik, yakni “Kitab Al-Fusul”, “Ikhtiyar Al-Majisti” dan “Kitab Amal Al-Rukhmat” atau “Book on the Constructions of Sun-dials”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement