Kamis 30 Aug 2012 16:56 WIB

Nilometer, Perpaduan Arsitektur Islam dan Yunani Kuno (4)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.
Foto: en.wikipedia.org
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, tulisan kaligrafi kedua ayat ini sudah dihapus. KAC Creswell, seorang sejarawan arsitektur, meyakini penghapusan tersebut dilakukan atas perintah Ibnu Thulun, Gubernur Mesir yang memerintah dari tahun 868 hingga 884 M.

Sebagai gantinya, ia memasang ornamen itu dengan tulisan lain yang menegaskan bahwa dirinya (Ibnu Thulun) sebagai pemegang kebijakan independen di wilayah Mesir yang tak lagi memiliki kaitan hierarkis terhadap kekhalifahan Abbasiyah.

Tak hanya kaligrafi yang tampak menghiasi bangunan Nilometer. Hiasan lainnya berupa molding, arabesque, pelengkung-pelengkung, dan kolom-kolom yang mengedepankan gaya arsitektur Yunani kuno, yakni gaya Dorik dan Corinthian.

Kemajuan peradaban

Nilometer menjadi bukti sejarah kemajuan peradaban Islam di masa lampau. Setidaknya, menurut Henri Stierlin dalam tulisannya yang bertajuk “Islam, Early Architecture from Baghdad to Cordoba”, ada tiga hal yang dapat disimpulkan dari keberadaan bangunan ini.

Pertama, memperlihatkan tradisi ilmiah dan tingkat ilmu pengetahuan orang-orang Mesir pada waktu itu sudah tinggi. Kedua, menjadi bukti sejarah sistem pemerintahan, khususnya dalam bidang ekonomi berkaitan dengan pertanian pada masa itu.

Dengan mengukur ketinggian permukaan air sungai, sebagai indikator kesuburan tanah pada suatu musim dan menentukan pajak rata-rata.

Ketiga, menjadi bukti bahwa Sungai Nil sangat penting peranannya dalam kehidupan masyarakat di sekitar daerah alirannya sejak dahulu hingga sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement