Kamis 30 Aug 2012 16:29 WIB

Nilometer, Perpaduan Arsitektur Islam dan Yunani Kuno (3)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.
Foto: en.wikipedia.org
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, Hasil pengukuran Nilometer ini dinilai sangat penting bagi penguasa maupun seluruh penduduk Mesir pada masa itu.

Sebab, dari angka-angka yang tertera pada tiang pengukur inilah, masyarakat Mesir di masa lalu dapat mengetahui perubahan musim dan kapan banjir akan melanda kawasan tersebut.

Jika alat pengukur ketinggian air ini berada di angka 16 hasta atau kurang, menandakan datangnya musim kering dan bencana kelaparan akan mengancam wilayah Mesir. Sedangkan jika ketinggian air melebihi 19 hasta, menandakan bencana banjir sudah dekat.

Unsur religius

Meskipun bangunan bersifat fungsional, cukup banyak ornamen di dalamnya. Antara lain, kaligrafi bergaya Kufi yang menunjukkan adanya unsur religius dalam bangunan ini. Kaligrafi tersebut ditulis pada balok melintang yang terdapat pada bagian puncak kolom pengukur. Balok ini berfungsi sebagai pengikat tiang.

Tulisan kaligrafi tersebut mengutip ayat-ayat Alquran yang merujuk pada air, tanaman, dan kemakmuran. Ayat Alquran yang dikutip adalah Surah Qaaf ayat 9: “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.”

Sang arsitek juga mengutip Surah Al-Hajj [22] ayat 62: “(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Kedua ayat tesebut terukir di atas marmer putih dengan latar belakang biru. Sementara tulisan kaligrafinya ditulis dengan menggunakan warna hitam pekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement