Kamis 30 Aug 2012 16:06 WIB

Nilometer, Perpaduan Arsitektur Islam dan Yunani Kuno (2)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.
Foto: en.wikipedia.org
Nilometer yang berada di Pulau Rawda (Roda), Fustat, Mesir.

Deteksi banjir dan kemarau

Dalam buku “Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim” karya Yulianto Sumalyo diterangkan, Nilometer berupa sebuah bangunan beratap kubah, di atas dinding dikelilingi oleh deretan jendela.

Bagian yang merupakan alat ukur berada di bawah tanah, seperti sumur, dalamnya lebih kurang 12 meter dengan denah bangunan berbentuk segi empat yang terdiri atas konstruksi susunan blok batu.

Menurut kedalamannya, bangunan Nilometer ini dibagi tiga, semakin dalam, akan semakin kecil. Untuk mencapai bagian dasar kita harus turun melalui anak tangga yang menyatu pada bagian dinding bangunan Nilometer ini.

Pada dinding tersebut terdapat empat ceruk berlengkung lancip. Lengkungan pada keempat ceruk ini memperlihatkan gaya gothic.

Di bagian dasar ini terdapat tiga buah terowongan yang salurannya bermuara ke Sungai Nil. Namun, kini ketiga terowongan tersebut sudah ditutup sehingga Nilometer yang terhubung dengannya sudah tidak berfungsi lagi.

Bagian paling dalam denahnya berbentuk lingkaran persis seperti sumur pada umumnya. Di titik tengah lingkaran sumur terdapat tiang berpenampang oktagonal yang terbuat dari batu. Tiang penampang ini menjulang tinggi hingga permukaan tanah. Pada tiang inilah dibuat angka-angka dan garis pengukur ketinggian permukaan air.

Untuk mengukur ketinggian banjir Sungai Nil, tiang pengukur tersebut dibagi menjadi 19 hasta (satu hasta kurang lebih setara dengan setengah meter). Dengan pembagian 19 hasta ini, tiang pengukur ini mampu mengukur banjir hingga ketinggian sekitar 9,2 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement