Senin 27 Aug 2012 14:39 WIB

Tradisi Minum Kopi, Berawal dari Dunia Islam Hingga Mendunia (2)

Rep: Indah Wulandari/ Red: Endah Hapsari
Kopi
Kopi

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu kopi tersohor di dunia adalah kopi Turki. Penyajiannya yang unik menjadi daya tarik rasa tersendiri. Biji kopi sangrai dididihkan dalam wadah khusus hingga ampasnya mengental. Kopi Turki umumnya bisa ditemukan di seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Kaukasus, dan Balkan. Budaya kedai kopi sangat berkembang di Turki, bahkan menjadi salah satu ciri khas negeri ini. Kopi pun memengaruhi budaya Turki hingga linguistiknya. 

Begitu cintanya masyarakat Turki pada kopi hingga seorang musafir Inggris, Charles Mac Farlane, yang pernah melakukan observasi di negara itu menyebut, “Turki tidak bisa hidup tanpa kopi.”

Tradisi kongkow-kongkow sembari ngobrol di kedai kopi membentuk gaya hidup serta filsafat kehidupan yang khas pada masyarakat Turki. Dari sana, mereka membentuk sebuah jaringan penyebaran budaya yang mencakup semua elemen masyarakat. 

Kedai kopi pertama di Turki adalah Kiva Han. Tak sekadar minum kopi, orang-orang datang ke kedai ini juga untuk membaca buku dan teks-teks yang indah, bermain catur, serta mendiskusikan puisi atau sastra. 

Kopi mulai dikenal di Istanbul pada masa pemerintahan Sultan Suleiman (1543). Gubernur Ottoman Yaman, Özdemir Pasha, yang memperkenalkannya melalui cara baru minum kopi. Tak lama kemudian, kopi menjadi bagian penting pada setiap perjamuan di Istana dan sangat populer di pengadilan.

Begitu pentingnya minuman kopi ini, sampai-sampai ada jabatan ketua pembuat kopi di dalam daftar nama pejabat pengadilan. Tugas utama pembuat kopi adalah meracik kopi dengan resep rahasia kerajaan. Maka itu, dipilihlah orang yang mempunyai loyalitas dan kemampuan menjaga rahasia.

Dari Turki, kopi kemudian merambah Eropa. Ketertarikan bangsa Eropa terhadap gaya hidup orang Turki pada abad ke-17 menjadi awal kegemaran mereka pada kopi. Di Inggris, kopi pertama kali diperkenalkan oleh seorang keturunan Yunani bernama Pasqua Rosee sebelum tahun 1650. Ia pernah bekerja pada pedagang Turki sehingga mengetahui seluk-beluk kopi. Dia jugalah yang pertama kali menjual kopi di kedai kopi di tepi Lombard-Street. Kemudian pada 1658, muncul kafe lain di Cornhill bernama Sultaness Head, dan pada 1700 sudah ada sekitar 500 kedai kopi di London.

Popularitas kedai kopi mencuat pada abad ke-17 hingga 18. Booming kedai kopi terekam dalam banyak karya sastra Inggris. Para sastrawan secara perinci menceritakan kebiasaan masyarakat Inggris duduk-duduk sambil minum kopi di kafe. Selain minum kopi atau teh, banyak juga pengunjung yang membaca koran, merokok, juga berdebat soal politik atau perkembangan sosial saat itu. Akibatnya, kedai-kedai kopi harus mendaftarkan diri secara hukum karena banyak kegiatan yang bisa mengancam pemerintahan kerajaan Inggris.  Bahkan, pada 1675, pemerintah menganggap kedai kopi sebagai sumber pemberontakan. Kedai-kedai itu pun ditutup.

Sementara di Italia, kopi dikenal berkat hubungan bisnis yang aktif antara para pedagang Venesia dengan relasinya dari Afrika Utara, Mesir, dan Timur Tengah. Setelah mencicipi cita rasa kopi yang sedap, pedagang Venesia yakin bahan minuman ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Mereka pun lalu mengimpornya. 

Selanjutnya, kopi dijual di pusat-pusat perdagangan di Venesia dan akhirnya tersedia luas untuk masyarakat umum. Kedai kopi pertama di Venesia berdiri pada 1645. Pada 1763, gerai kopi sudah berkembang menjadi 218. Dari Venesia, kopi menyebar ke wilayah-wilayah lainnya di Italia, seperti Turin, Genoa, Milan, Florence, dan Roma. 

Seperti barang impor lainnya yang berasal dari dunia Muslim, kopi pada awalnya ditolak oleh institusi agama di Italia. Paus Klemens VIII (1536-1605) sempat melarang konsumsi kopi. Namun, setelah mencicipi, Paus membolehkan bahkan memberkatinya. Persetujuan ini melempangkan jalan bagi kopi untuk hadir di semua rumah di Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement