Selasa 07 Aug 2012 12:43 WIB

Mualaf Cassiano: Melihat Kabah Membuatku Terus Menangis (2)

Kabah
Foto: Reuters/Fahad Shadeed
Kabah

REPUBLIKA.CO.ID, Perjalanan spiritual untuk menjadi mualaf seringkali menggetarkan kalbu. Itu pula yang dialami oleh mualaf asal Brasil bernama Cassiano. Berikut adalah penuturannya menemukan hidayah:

Berada di Dubai seolah saya mendapatkan hidayah. Selepas dua bulan tinggal di Dubai, saya memeluk agama Islam dan mengucapkan syahadah karena begitu nyata sekali bahwa saya berada di jalan yang salah, melakukan perkara yang salah dan Islam menjelaskannya. Begitu transparan sekali.

Di tempat ini, aku menemukan saudara sekaligus teman terbaik. Namanya, Adel. Dia membantu saya dalam segala hal dan di setiap langkah. Kami banyak sekali berbincang. Alhamdulillah, dia merupakan rekan terbaik saya. Dia mengajar saya tentang Islam.

 Perkara pertama yang saya tanyakan berkaitan Islam ialah "Adakah kita perlu shalat setiap hari?"

 Dia berkata, "Ya".

 Saya mengulangi pertanyaan saya, "Anda shalat setiap hari?!"

 Dia menjawab "Ya, setiap hari".

Apa yang paling menarik bagi saya dalam Islam ialah wudhu.Karena kita mandi untuk banyak perkara dalam hidup. Kita mandi untuk pergi kerja. Kita mandi untuk bertemu teman. Kita juga mewangikan diri kita dan sebagainya. Tetapi kita tidak melakukan perkara ini ketika kita menemui Tuhan kita, kita tidak mandi untuk bertemu Tuhan, mengapa? Kita harus melakukannya. Jika ingin menemui raja, sudah pasti Anda akan mewangikan diri. Karena itulah jika ingin bertemu Tuhan, sudah tentu kita tidak akan menemui-Nya dengan keadaan diri yang kotor.

Saya merupakan anak tunggal dalam keluarga. Saya menemui saudara dalam Islam seperti hubungan saya dengan Adel. Ibu saya juga tidak pernah menemui Adel, tetapi dia berkata, "Cassiano, kamu telah mempunyai seorang saudara, maka dia juga adalah anak saya.Kini dia saya anggap sebagai anak saya". 

Kami sungguh gembira dapat bertemu. Ia seperti sesuatu yang telah direncanakan. Allah telah merencanakan segalanya dan Dia punya rencana untuk menjalin hubungan antara manusia. Dia membawa saya keluar dari Brasil, dari Rio de Janeiro dan menempatkan saya di Dubai tanpa mengeluarkan sedirham uang sekalipun. Saya pulang ke Brasil dan kemudian kembali lagi ke Dubai tanpa biaya apa pun. Allah pasti telah merencanakannya untuk saya. Saya berusaha untuk memastikan bahwa semuanya berjalan menurut ketetapan-Nya.

Saya menunaikan shalat jamaah pada hari Jumat disebuah masjid besar di Sharjah. Masjid dipenuhi dengan ribuan orang, dan ketika saya selesai melafazkan syahadah, dan mereka tahu bahwa saya dari Brasil. Semua mengatakan seperti "Dia dari Brasil, dia main sepakbola." 

Semua datang mengucapkan selamat kepada saya. Hampir dua jam saya berdiri menerima pelukan, ciuman dan ucapan tahniah dari mereka, malah ada yang menghadiahkan buku. Begitu mengharukan. Setiap orang seperti saudara saya. Saya anak tunggal, kini saya punya ramai saudara, Alhamdulillah, saya sungguh merasa bahagia.

Saya punya keluarga di Dubai. Keluarga Adel adalah seperti keluarga saya. Kini saya punya dua ibu, dua ayah dan mereka benar-benar melayani saya seperti anak mereka..

Secara jujur saya temui kedamaian di sini, yang tidak saya temui di sana. Rekan yang benar, saudara yang benar yang tidak saya miliki di Brasil. Saya punya teman sebelum ini yang menemani saya ke bar atau ke pesta, hanya untuk ini. Kini setelah memeluk agama Islam dan pulang ke Brasil, mereka berkata, "Cassiano tidak lagi minum. Dia telah menjadi seorang muslim. Jangan ajak dia." Mereka menjauhkan diri dari saya. Hal ini merupakan pilihan buat saya. Allah telah memilih yang terbaik untuk menjadi teman saya.

Sekarang saya tidak lagi bisa tinggal di satu tempat yang tidak punya masjid. Masjid telah menjadi sesuatu yang mempesonakan bagi saya. Ia merupakan suatu yang indah dan menakjubkan.

Suatu hari seorang teman bernama Syeikh Yahya menelepon saya dan berkata, "Cassiano, telepon nomor ini, mereka akan melakukan umrah". Saya pun menelepon, seorang bernama Ahmad menjawab dan berkata, "Mohon maaf karena rombongan kami telah lengkap 15 orang".

Saya berkata, "Benar demikian?"

Dia berkata, "Ya." Kemudian dia bertanyakepada saya, "Siapa nama anda?"

Saya berkata, "Saya Cassiano dan saya benar-benar ingin melakukan umrah. Ini merupakan sesuatu yang baru buat saya. Saya baru memeluk Islam kira-kira 3 tahun."

Dia menelepon saya pagi keesokan harinya dan berkata, "Ada seorang yang tidak dapat pergi. Oleh karenanya anda bisa mengantikan tempatnya."

Alhamdulillah, Allah memudahkan perjalanan saya. Alhamdullah, Allah lah yang memelihara saya. Saya benar-benar dapat merasakannya. Saya merasakan bahwa Allah lah yang menjaga kehidupan saya dan diri saya.

Kami tiba di Madinah. Hotel penginapan kami berdekatan dengan masjid Nabi Muhammad Saw. Kami merasa gembira karena dapat berdekatan dengan tempat mulia itu. Ia begitu baik sekali dan orang-orang di Madinah begitu ramah sekali. Mereka membuka salah satu pintu untuk kami supaya kami bisa melihat bagian dapat menyaksikan makam Nabi Muhammad Saw.

Polisi yang berdiri di sisi kubur memberitahu saya, "Marilah ke sini dan ucapkan Assalamualaikum ke atas Nabi". Sayapun melakukannya dan berdoa semoga Allah memberikan bimbingan buat ibu dan bapa dan semua orang, saya merasa lapang dan mulai menangis.

Selepas ini, kami tinggal tiga hari di Madinah dan mulai perjalanan menuju Mekah untuk bersalin pakaian Ihram. Ketika memasuki Haram dan melihat Ka'bah, yang kebetulan masuk waktu zuhur, semua berbaris untuk menunaikan shalat bersama. Saya melihat Ka'bah, saya menangis kembali dan menangis sepanjang menunaikan shalat. Saya tidak tahu. Yang terjadi seolah-olah seperti melakukan shalat lima waktu setiap hari ke arah tersebut dan saya berada di situ dan seperti tempat yang lama. Ia merupakan tempat yang istimewa. Ini merupakan semua perkara dalam Islam yang saya yakini, semuanya ada di sini. Bagi saya, ia merupakan sebuah tempat yang terbaik di muka bumi ini. Saya benar-benar gembira karena dapat berada di Madinah dan Makkah. Sungguh mempesonakan dan saya sungguh gembira.

Keimanan saya menyebabkan saya terus hidup, terus terjaga, dan memberikan saya harapan. Saya sungguh-sungguh mencintai Allah.

sumber : IRIB/IRNA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement