Rabu 18 Jul 2012 14:03 WIB

Islam di Macedonia, Menghadang Laju Asimilasi Budaya (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Sudut Kota Macedonia.
Foto: http://www.maknews.com
Sudut Kota Macedonia.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika perang Yugoslavia berkecamuk di awal tahun 1990-an, negara-negara Balkan dilanda oleh kekerasan antaretnis yang berujung pada runtuhnya Yugoslavia.

Namun, tidak demikian halnya dengan Republik Macedonia. Negara ini justru terlihat tetap aman dan damai di tengah konflik tersebut.

Namun di awal 2001, pemberontakan muncul dengan tuntutan peningkatan hak yang sama untuk minoritas etnis Albania yang merupakan kelompok sebagian besar Muslim di sana.

Dengan dukungan NATO dan Uni Eropa, kesepakatan damai tercapai dengan menawarkan mereka hak-hak lebih banyak meskipun beberapa tetap tidak senang dengan fakta perubahan tersebut.

Agama Islam menjadi agama terbanyak kedua yang dianut oleh rakyat Macedonia. Sensus terakhir tahun 1994 menyebutkan jumlah pemeluk Islam di sana mencapai 30 persen dari total populasi negara tersebut yang sebesar 2,1 juta penduduk.

Persentase Islam di Macedonia ini termasuk yang terbesar di Eropa, setelah negara Turki, Albania, dan Bosnia-Herzegovina. Islam terutama dianut oleh mereka yang berasal dari etnis Turki, Bosnia, dan Albania. Ajaran Islam mulai merambah ke wilayah Macedonia bersamaan dengan penaklukan yang dilakukan oleh Kerajaan Turki Usmani(Ottoman) pada akhir abad ke-14 M.

Macedonia, yang saat itu menjadi bagian Kekaisaran Serbia, berhasil ditaklukkan oleh Kesultanan Ottoman tanpa adanya perlawanan dari penguasa Serbia yang kekuasaannya kala itu memang mulai melemah. Dan, sejak saat itu Islam tumbuh dan berkembang di wilayah Macedonia.

Islamisasi

Saat Kesultanan Ottoman menguasai Balkan, inilah terjadi proses Islamisasi secara besar-besaran. Penduduk asli Macedonia yang berasal dari etnis Slav banyak yang berpindah keyakinan dari sebelumnya Kristen Ortodoks ke Islam. Pembedaan kebijakan yang diberlakukan pemerintah Ottoman terhadap penduduk Muslim dan non-Muslim menjadi faktor pemicu perpindahan keyakinan tersebut.

Pemerintahan Ottoman mengenakan pungutan jizyah terhadap warga non-Muslim, sebagai ganti dari kewajiban membayar zakat yang dikenakan kepada penduduk Muslim setiap tahun. Jizyah ini dipungut sebagai bentuk jaminan keamanan dan perlindungan yang diberikan negara kepada penduduknya yang non-Muslim.

Namun, para penduduk asli Macedonia banyak yang tidak puas dengan pemerintahan Turki Usmani. Hal ini di kemudian hari memicu terjadinya sebuah pemberontakan terhadap penguasa Turki Usmani di Macedonia pada 1689. Peristiwa tersebut dikenal sebagai pemberontakan Karposh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement