REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS - FBI sedang menyelidiki lebih dari 100 tersangka esktremis Islam di militer Amerika Serikat (AS), setelah 2009. Serangan 'serigala' oleh simpatisan Alqaidah kala itu diduga menewaskan 13 orang di sebuah pangkalan militer Texas.
Sekitar selusin kasus dianggap sebagai ancaman 'serius' karena melibatkan tersangka diyakini secara aktif merencanakan serangan. Mereka juga diduga melakukan kontak dengan ekstremis berbahaya. Ancaman internal potensial datang dari mereka yang aktif di militer dan warga sipil yang memiliki akses ke instalasi militer.
FBI yang membahas penyelidikan di Rumah komite dan senat telah menolak memberi komentar terkait hal ini. Senator yang memimpin sidang Joseph Lieberman mengatakan, dari jutaan orang yang dinas di militer hanya sedikit persentasenya yang terlibat dengan kasus seperti itu.
"Pada kenyataannya, hanya butuh satu orang untuk membunuh 13 orang, dan melukai banyak orang," kata Lieberman.
Pada November 2009 lalu, seorang tentara AS, Mayor Nidal Hassan menembak teman tentaranya di Pangkalan di Fort Hood Texas. Insiden tersebut menewaskan 13 rekannya di pangkalan militer tersebut.
Sebuah penyelidikan mengungkapkan, Hassan telah melakukan kontak dengan Anwar al-Awlaki, seorang radikal Yaman-AS yang terikat dengan Alqaidah.
Al-Awlaki tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Yaman, pada September 2011 lalu. Sidang pengadilan militer Hassan telah ditetapkan pada 20 Agustus.