Jumat 22 Jun 2012 21:58 WIB

Wahabi Indonesia, Berawal dari Kaum Padri (3-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: solartour.sk
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sejatinya jauh sebelum itu, sekitar tahun 1807, Tuanku Muda dari Alahan Panjang dan nantinya disebut Tuanku Imam Bonjol ikut memperkuat posisi kaum Padri.

Melalui tangan dingin para pemuka itu, kaum Padri  sebagaimana akan dijelaskan nanti berkembang menjadi gerakan yang menyebar di alam Minangkabau dengan segala karakteristiknya dan nantinya menguasai seluruh nagari di sana.

''Sejarah mencatat, kaum Padri tidak hanya melakukan pembaharuan keislaman di daerah Minangkabau semata. Kelompok ini juga melakukan islamisasi ke Tapanuli Selatan yang terletak di utara alam Minangkabau dan daerah-daerah sekitarnya,'' ujar Prof Abd A'la. 

Setelah itu, paham Wahabi masih berkembang pesat di Indonesia. Pengikut manhaj dakwah Muhammad bin Abdul Wahab sangat sangat pesat pekembangannya.

Di era prakemerdekaan dan pascakemerdekkaan, pemikiran Wahabi  banyak memengaruhi pemikiran Muhammadiyah, Persis, dan Al-Irsyad. Namun demikian, kehadiran Wahabi setelah tahun  90-an, semakin merebak dan fenomenal dengan aliran Wahabi terbaru yang menamakan diri sebagai jamaah salafiyah. Di Indonesia, gerakan salafi terpecah ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok-kelompok Salafiyah

Sejatinya, para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab menamakan diri mereka dengan Salafiyun. Namun, para penentang dan lawan dari gerakan ini menyebutnya sebagai Wahabi. Menurut para pengikut Abdul Wahab, sebutan  Wahabiyun diberikan oleh kaum orientalis agar orang menjauh.

Di kawasan Timur Tengah, aliran Salafi terpolarisasi ke dalam beberapa kelompok: Pertama, Kelompok Salafiyah Politik. Dengan alasan universalitas risalah Islam, kelompok ini  lebih menaruh perhatian pada persoalan-persoalan politik ketimbang akidah.

Kedua, Salafiyun Al-Albaniyun. Kelompok ini mengikuti Syekh Al-Muhandits Nashiruddin Al-Albani. Mereka memerangi fanatisme mazhab, mazhab-mazhab fikih, taklid dan loyalitas terhadapnya, sekalipun oleh kalangan awam. Tetapi pada saat yang bersamaan, mereka juga mentaklid semua pendapat Syekh Nasiruddin Al-Albani.

Ketiga, Salafiyun Al-Jamiyun. Tokohnya adalah Syekh Rabi’ Al-Madkhali. Kelompok ini sering menyerang dan menyalahkan ulama dan dai yang bertentangan dengan mereka. Keempat, pengikut Syekh bin Baz. Kelompok yang keempat ini belum terorganisir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement