Senin 18 Jun 2012 23:33 WIB

Syattariyah, Tarekat dari Negeri Hindustan (3)

Rep: Nidia Zuraya / Red: Chairul Akhmad
Taqarrub kepada Allah (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Taqarrub kepada Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah SWT itu sebanyak gerak napas makhluk, tetapi yang paling utama di antaranya adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar.

Ketiga kelompok tersebut memiliki metode masing-masing dalam berzikir dan bermeditasi untuk mencapai intuisi ketuhanan, penghayatan, dan kedekatan terhadap Allah SWT.

Kaum Akhyar melakukannya dengan menjalani shalat dan puasa, membaca Alquran, melaksanakan haji, dan berjihad. Sedangkan, kaum Abrar menyibukkan diri dengan latihan-latihan kehidupan zuhud yang keras, latihan ketahanan menderita, menghindari kejahatan, dan berusaha selalu menyucikan hati.

Menurut para tokoh Tarekat Syattariyah, jalan tercepat untuk sampai kepada Allah SWT adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Syattar karena mereka memperoleh bimbingan langsung dari roh para wali.

Ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu tobat, zuhud, tawakal, qana'ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridha, zikir, dan musyahadah (menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT).

Zikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi dalam tiga kelompok yang semuanya menitikberatkan pada pelafalan Asmaul Husna (nama-nama Allah SWT). Ketiga kelompok tersebut menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keindahan-Nya, dan menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut.

Para pengikut ajaran Tarekat Syattariyah meyakini bahwa menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya akan menjadikan seorang salik (murid) lebih tunduk kepada-Nya. Nama-nama yang dimaksud adalah Al-Qahhar, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir.

Setelah merasakan dirinya semakin tunduk kepada Allah SWT, murid dapat menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keindahan-Nya, yaitu Al-Malik, Al-Quddus, dan Al-Alim. Sedangkan, nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan kedua sifat tersebut di atas adalah Al-Mukmin dan Al-Muhaimin.

Runut dan diulang

Menurut aturan Tarekat Syattariyah, pelafalan zikir dengan menyebut nama-nama Allah SWT harus dilakukan secara berurutan. Artinya, terlebih dahulu menyebut nama-nama yang berhubungan dengan keagungan-Nya, kemudian diikuti dengan nama-nama yang berhubungan dengan keindahan-Nya, dan nama-nama yang merupakan gabungan kedua sifat tersebut.

Proses ini dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang hingga hati menjadi bersih dan semakin teguh dalam berzikir. Apabila hati telah mencapai tahap seperti itu, ia akan dapat merasakan realitas segala sesuatu, baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement