Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Nilai-nilai keindahan dan kebaikan mendapatkan tempat yang positif di dalam Alquran, seperti diisyaratkan ayat, “Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba- Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS. Al-A’raf: 32).
Sindiran Alquran terhadap suara yang tidak memiliki unsur keindahan dan kasar ialah suara keledai, dinyatakan ayat berikut, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS Luqman: 19).
Banyak hadis menerangkan bahwa musik dan seni suara mempunyai arti penting di dalam kehidupan manusia. Para Nabi yang diutus oleh Allah SWT semuanya memiliki suara yang bagus, sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Qatadah, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan suaranya bagus.”
Di antara rahasia mengapa Bilal diangkat sebagai muadzin karena ia memiliki suara yang merdu dan berseni serta memiliki napas yang panjang.
Nabi juga dalam mengutus seseorang menjadi imam di beberapa tempat, selain kepiawaian dan kewibawaan, juga diharapkan yang mampu membaca Alquran dengan baik, yang bisa menggugah orang yang mendengarnya.
Alquran sungguh indah dan memesona, akan tetapi jika disuarakan oleh orang yang tidak memiliki rasa dan jiwa seni maka sepertinya akan mencederai Alquran itu.
Dalam beberapa riwayat, Rasulullah memberikan dukungan terhadap musik dan seni suara meskipun juga melarang sejumlah seni yang menyerupai persembahan orang-orang musyrik. Dalam beberapa sikap Nabi terhadap seni, dapat disimpulkan bahwa Nabi bukan hanya pencinta seni tetapi juga pelaku seni.
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah yang menceritakan dua budak perempuan pada Hari Raya Id (Idul Adha) menampilkan kebolehannya bermain musik dengan menabuh rebana, sementara Nabi dan Aisyah menikmatinya. Tiba-tiba, Abu Bakar datang dan membentak kedua pemusik tadi, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan berkata, “Biarkanlah mereka berdua hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya.”
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah yang mengatakan, “Saya melihat Rasulullah SAW dengan menutupiku dengan surbannya sementara aku menyaksikan orang-orang Habsyi bermain di masjid. Lalu Umar datang dan mencegah mereka bermain di masjid, kemudian Rasulullah berkata, “Biarkan mereka, kami jamin keamanan wahai Bani Arfidah.”




