REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Mahasiswa Muslim Universitas East Anglia terkejut saat mendengar kebijakan kampus yang mengharuskan Islamic Center untuk segera ditutup.
Pihak kampus berdalih, status islamic center itu hanyalah sementara. Alasan sebenarnya, pihak kampus tidak berkenan bila Islamic Center digunakan mahasiswa Muslim untuk melaksanakan shalat lima waktu.
Perwakilan mahasiswa Muslim, Mohammad Patel yang mendengar kebijakan itu segera meminta konfirmasi kepada pihak kampus. "Ketika saya bertanya kepada mahasiswa lain, tidak ada yang mengetahui kebijakan itu," kata dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (6/6). Menurut Patel, kebijakan ini sangat mengejutkan.
Menurut Patel, ruang kapel yang diperuntukan bagi mahasiswa Muslim tidaklah representatif untuk melaksanakan salat, khususnya salat Jumat. Sebabnya, mahasiswa Muslim memilih untuk melaksanakan salat di Islamic Center. "Ruangan yang ada terlalu kecil untuk kami," kata dia.
Saat dimintai keterangan, pihak kampus mengatakan Islamic Center ini harus ditutup sesuai dengan status izin yang diberikan. "Kami bisa mengerti ada yang tidak senang dengan kebijakan itu. Tapi status Islamic Center ini bersifat sementara," kata Professor Tom Ward, juru bicara kampus.
Ward mengatakan mahasiswa Muslim seharusnya memanfaatkan ruang kapelan yang telah disediakan untuk melaksanakan salat. Ruangan itu juga digunakan untuk mahasiswa agama lain. "Kami telah mengakomodasi setiap keyakinan dari para mahasiswa," kata dia.
Inggris adalah rumah bagi minoritas Muslim yang cukup besar, diperkirakan hampir 2,5 juta. Data Dewan Muslim Inggris (MCB) menyebutkan sebanyak 400 ribu mahasiswa Muslim di sekolah-sekolah Inggris. Untuk tingkat perguruan tinggi, ada hampir 90 ribu mahasiswa Muslim.