REPUBLIKA.CO.ID, Suraqah bin Malik memang terkenal sebagai penunggang kuda yang cekatan. Perawakannnya tinggi besar. Kedua matanya tajam, sebagai pencari jejak yang cermat, pandai dan berpengalaman.
Jalan-jalan yang sukar dilalui, dapat ditempuhnya dengan sigap. Dia sabar dan hati-hati. Kudanya tangkas dan terlatih baik.
Suraqah memacu kudanya dengan pesat. Tetapi tanpa terduga-duga, tiba-tiba kaki kudanya tersandung, dan dia jatuh terguling dari punggung kuda. “Kuda sialan!” katanya menyumpah kesal.
Tanpa memedulikan rasa sakit, dinaikinya kembali kudanya dan segera berpacu. Belum jauh dia lari, kudanya tersandung pula kembali.
Hatinya kesal dan merasa sial. Karena itu dia bermaksud hendak pulang saja kembali dan mengurungkan niatnya. Tetapi karena tamak akan beroleh hadiah 100 ekor unta, diteruskannya juga pelacakan itu.
Belum begitu jauh dia berpacu dari tempatnya jatuh yang kedua, dia melihat Rasulullah SAW bersama sahabatnya. Lalu diulurkannya tangannya hendak mengambil busur. Tetapi ajaib, tiba-tiba tangannya kaku tidak dapat digerakkan.
Kaki kudanya terbenam ke pasir. Debu berterbangan di sekitarnya menyebabkan matanya kelilipan dan tidak dapat melihat. Dicobanya menggerakkan kuda tetapi tidak berhasil. Kaki kudanya seperti lekat di bumi bagai dipaku.
Dia berpaling kepada Rasulullah dan sahabatnya sambil berseru dengan suara memelas, “Hai kalian berdua, berdoalah kepada Tuhanmu supaya dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian!”
Rasulullah berdoa, maka bebaslah kaki kuda Suraqah. Tetapi karena tamaknya, maka setelah dia bebas, digertakkannya kudanya dengan tiba-tiba hendak menyerang Rasulullah tanpa memedulikan janjinya. Namun malang baginya, kaki kudanya terbenam pula kembali lebih parah dari semula.
Suraqah memohon belas kasihan kepada Rasulullah dan berkata, “Ambillah perbekalanku, harta dan senjataku. Aku berjanji demi Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian di belakangku.”
“Kami tidak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah kalau engkau suruh kembali orang-orang yang hendak melacak kami!” jawab Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah berdoa, maka bebaslah kaki kuda Suraqah. Ketika hendak kembali, dia berkata, “Demi Allah, saya tidak akan mengganggu Tuan-tuan lagi!”
“Apa yang engkau kehendaki dari kami?” tanya Rasulullah.
“Demi Allah, ya Muhammad! Saya yakin agama yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan akan tinggi. Berjanjilah kepadaku, apabila aku datang nanti ke kerajaan Tuan, maka Tuan akan bermurah hati kepada saya. Tuliskanlah itu untuk saya,” pinta Suraqah.
Rasulullah menyuruh Abu Bakar menulis pada sepotong tulang, lalu diberikannya kepada Suraqah sambil berkata, “Bagaimana, hai Suraqah, jika pada suatu waktu engkau memakai gelang kebesaran Kisra?”
“Gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz?” tanya Suraqah terkejut.
“Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!” jawab Rasulullah meyakinkan.