Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Huruf pertama yang ditulis pena itu ialah satu titik yang kemudian disimbolkan di bawah huruf ba pada lafaz bi ism Allah. Titik itu menjadi starting point terhadap tulisan pena itu. "Tidak gugur sehelai daun melainkan sudah tercatat di dalam Lauh Mahfudz.”
Hadis ini dihubungkan dengan pena suci itu. Kumpulan-kumpulan tulisan pena menjadi al-kitab dan menjadi hukum kauniyyah.
Pena suci itu terus berjalan. Tulisan-tulisannya mustahil akan bisa dipahami semua oleh manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam Alquran, "Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahfi: 109).
Lebih dipertegas lagi di dalam ayat lain, "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah." (QS. Luqman: 27).
Ada sejumlah ayat yang saling terkait dijadikan ulama tasawuf sebagai entry point untuk memahami rahasia penciptaan alam. Di antaranya ialah ayat yang pertama diturunkan Allah ialah Iqra'bi ism Rabbik (bacalah dengan menyebut nama atau atas nama Tuhanmu) dan ayat keempatnya, "Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam." (QS. Al-'Alaq: 4).
Dan sumpah Tuhan pertama turun ialah Nun wa al-Qalam wa ma yasthurun (QS. Al-Qalam: 1) serta ayat, "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya." (QS. Al-Baqarah: 31).
Ayat-ayat tersebut di atas oleh ulama tasawuf dihubungkan dengan basmalah untuk memahami rahasia penciptaan alam, baik al-'alam al-kabir (makrokosmos) maupun al-'alam al-shagir (mikrokosmos). Metodologi pemahaman mereka sangat berbeda dengan metode ulama tafsir pada umumnya, khususnya ulama fikih. Namun, antara satu sama lain tidak ditemukan pertentangan.
Bahkan, antara satu sama lain saling menghargai dan penuh pengertian bahwa memang Alquran ibarat intan, masing-masing sudutnya bisa memantulkan cahaya yang berbeda-beda. Itulah keistimewaan Alquran. Wallahua'lam.