Selasa 29 May 2012 12:02 WIB

Makna Al-Kitab Menurut para Sufi (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Nabi Isa AS yang dikenal sebagai Yesus Kristus dalam Kristen, benar-benar disucikan sebagai anak Allah oleh mereka. Walaupun masih kontroversi tentang anak Allah di situ, apakah anak dalam arti biologis atau anak dalam arti simbol kedekatan atau representasi Allah.

Yang jelas, menurut ajaran Kristen, Yesus Kristus adalah Tuhan Anak di samping Tuhan Bapak dan Roh Kudus. Letak kesucian Yesus karena ia dilahirkan tanpa ayah. Itulah sebabnya, di dalam Kristen keperawanan bunda Maria betul-betul dimitoskan atau diyakini, karena ketika ketahuan Maria punya suami lalu lahir Yesus, maka akan berpengaruh secara signifikan terhadap ketuhanan Yesus.

Agak mirip dengan kisah Israiliyat dalam Islam yang mempertahankan kebutahurufan Nabi Muhammad, karena saat Muhammad terbukti bisa membaca dan menulis maka akan memengaruhi citra orisinalitas Alquran. Kitab ini menjadi kitab yang turun di tangan orang buta huruf.

Jenis kitab lain ialah kumpulan wahyu yang dibukukan dalam bentuk al-kitab, seperti kitab suci Alquran. Kitab ini tidak banyak masalah karena wujudnya konkret. Inilah yang sebut di dalam beberapa ayat bahwa Kitab Suci Alquran adalah kumpulan ayat-ayat yang menggunakan bahasa Arab.

Kitab Suci Alquran sebagaimana halnya kitab suci lain, disusun dalam bentuk cetakan dan bisa dibaca kapan pun. Alquran diturunkan dalam dua periode, yaitu periode ayat-ayat yang turun di Makkah (Makkiyyah) dan periode ayat-ayat yang turun di Madinah (Madaniyyah).

Kitab ini diyakini oleh umat Islam sebagai kitab suci yang terakhir dan tidak akan pernah ada lagi kitab sepertinya hingga akhir zaman. Para sufi menganggap alam semesta ini sebagai manifestasi asma dan sifat Allah yang tidak bisa diperlakukan sembrono dan semena-mena.

Alam makrokosmos dan alam mikrokosmos memiliki peran untuk menjelaskan siapa sesungguhnya Allah SWT. Tidak mungkin kita bisa mengenal Allah dengan segala keagungan-Nya tanpa menghayati keberadaan alam ini. Para sufi mencintai seluruh makhluk sebagaimana halnya mereka mencitai Alquran dan Rasulullah.

Jika dalam salah satu ayat disebutkan, la yamassuhu illa al-muthahharun (jangan menyentuh Alquran sebelum dalam keadaan bersih), dimaksudkan dalam keadaan hati dan pikiran harus bersih. Hanya hati dan pikiran yang bersihlah yang dapat menangkap spirit rohani al-kitab. Wallahua’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement