REPUBLIKA.CO.ID, Hawa dingin Perth, Australia mengantarkan Republika bertemu seorang general manajer hotel terkemuka di kota tersebut, Rabu (23/5). Dia adalah George Wenur yang kini menjadi nahkoda King’s Hotel Perth. Sosok enerjik ini bukan pemain baru di dunia perhotelan. Bersama manajemen hotel Four Season, dia sudah melanglang buana mengelola bisnis yang satu ini.
Selidik punya selidik, penggemar motor gede Harley Davidson ini ternyata seorang mualaf. Sebenarnya dia terlahir sebagai seorang katolik. Namun demikian George menghabiskan masa kecilnya di lingkungan Islam. Di tumbuh di sekitar Masjid Al Falah, Surabaya. Sejak masa kecil itulah sebenarnya dia sudah mulai kontak dengan Islam.
Setamat dari SMA Santa Maria Surabaya, dia kemudian meneruskan kuliah perhotelan di Swiss. Setelah tiga tahun kuliah, George yang lahir 4 Oktober 1960 ini kemudian terjun ke dunia kerja. Setelah beberapa saat mencoba kerja di hotel, pada tahun 1986 dia ingin mencoba dunia baru dengan bekerja di kapal pesiar asal Italia. Dari sinilah kisah hidupnya berubah.
Saat mulai bekerja di kapal, dia berkawan dengan seorang warga Iran dan warga Irak. Bersama kedua orang ini dia sering berbincang soal Islam. Sebelum di kapal, dia juga pernah punya teman kerja di Venesia bernama Samir. Warga Irak ini menjadi teman satu kamar George saat tinggal di kota tersebut.
Setelah sembilan bulan kerja di kapal, kejadian tidak lazim mendorongnya membuat perubahan besar dalam hidup. Saat itu, kapal tempatnya bekerja melintas di sekitar perairan Ashdod, yang diduduki Israel.
Kapal ini memang melayani rute wisata menyusur Laut Mediterania. Kota Ashdod menjadi salah satu titik persinggahannya. Jadi, dalam setiap rute perjalanan mengelilingi Mediterania, George singgah di kota tersebut.
Di bulan kesembilan kerja di kapal itulah dia mendengar suara azan dari speaker kapal saat posisinya berada dekat perairan Ashdod. Dia berpikir, suara azan itu diputar oleh petugas radio komunikasi kapal. Namun George tidak lantas begitu percaya pada sangkaannya itu. Dia cek ke petugas radio komunikasi.
“Tapi ternyata mereka mengatakan tidak membunyikan siaran azan,” ujar George. Saat itu kira-kira tiba waktunya untuk shalat shubuh. Karena tidak ada yang menyiarkannya, suara azan ini pun mengundang rasa penasaran yang sangat besar. George berpikir keras untuk menemukan asal muasal panggilan azan tersebut.