REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Belum kelar urusan integrasi, Muslim Jerman harus menghadapi masalah lain. Mereka tidak memiliki lahan pemakaman yang layak guna menjadi peristirahatan terakhir keluarga dan sanak saudaranya. Kalaupun ada, biaya pemakamannya diakui sangat mahal.
"Mereka yang telah berada disini, khususnya generasi kedua dan ketiga, tentu menginginkan dikuburkan di tempat mereka menetap dan bekerja," ungkap Ender Cetin, ketua Asosiasi Muslim Masjid Sehitlik, Berlin, seperti dikutip Onislam.net, Senin (28/5).
Ender mengatakan masalah lahan pemakaman ini perlu segera diselesaikan. Selama ini, sebagian besar muslim tidak dimakamkan di Jerman, melainkan luar negeri. "Dua lahan pemakaman yang ada sudah penuh," kata dia.
Melihat kondisi itu, Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB) telah mengajukan izin memperluas lahan pemakaman yang berbatasan dengan bekas bandara Tempelhof. Tetapi pemerintah kota memiliki rencana lain untuk daerah tersebut.
Lantaran gagal, mereka pun memiliki opsi alternatif berupa mengirimkan kembali jenazah ke negara asal. Alternatif itu dirasa paling konkret dan ekonomis ketimbang memaksakan diri memakamkan Muslim di Jerman.
"Di Jerman, biaya pemakaman mencapai € 6.000, sementara memakamkan plus biaya tranportasi ke Turki hanya € 2.000. Ini pilihan paling realistis," kata dia.
Sementara itu, pejabat Berlin telah berjanji untuk mencoba mencari solusi untuk masalah penguburan. Petra Roland, juru bicara pemerintah kota Berlin mengatakan pemerintah sedang memeriksa apakah ada lahan pemakaman dalam kota untuk diperuntukan bagi kalangan muslim "Kami intensif bekerja pada solusi," kata Roland.
Tak hanya di Jerman, permasalahan lahan makam juga dialami muslim di seluruh Eropa. Februari silam, Prancis resmikan pemakaman muslim pertama di Strasbourg. Namun, keberhasilan itu membutuhkan waktu puluhan tahun.