Kamis 24 May 2012 13:12 WIB

Bagaimana Berguru kepada Penghuni Alam Lain? (2)

Ilustrasi
Foto: indonesiaoptimis.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Dari sini, nama Allah sebagai Al-Rahim dimanifestasikan. Pendapat ini juga banyak diakomodasi di dalam kitab-kitab tafsir, terutama dalam menjelaskan perbedaan konteks antara Al-Rahman dan Al-Rahim dalam ayat pertama dan ketiga dari surah Al-Fatihah: Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Al-Rahman Al-Rahim).

Orang yang menggabungkan kedua karakter alam di atas biasa disebut manusia paripurna (insan kamil), karena secara ijmal/undifferentiated menjadi bagian dalam martabat roh, dan secara tafshil/differentiated bagian dalam martabat qalb.

Insan kamil menjadi sebuah alam universal yang merepresentasikan keseluruhan nama-nama Allah.

Ia sudah menjadi manifestasi (madzhar) nama-nama Allah. Pembahasan lebih rinci konsep insan kamil ini akan dibahas dalam satu artikel tersendiri.

Dalam perspektif tasawuf, alam tidak terbatas hanya dalam dua bentuk, yaitu dengan meminjam istilah Muhammad Abduh, alam syahadah dan alam gaib, tapi alam bisa tak berbatas.

Sebab mencakup pula kehadiran Ilahiyah universal (al-hadharat al-kulliyyat/universal divine presences), yang di antaranya ada yang lebih dekat ke alam syahadah mutlak, dan lainnya lebih dekat ke alam gaib mutlak.

Alam sering juga digunakan dalam dua konteks, yaitu alam secara keseluruhan (semua kecuali Allah) dan alam dalam konteks tingkatan alam, seperti alam al-mulk, alam al-mitsal, alam al-malakut, dan alam jabarut.

Masing-masing alam ini mempunyai penghuni. Manusia bisa mengakses dan sekaligus menjadi bagian dari alam-alam tersebut bersama dengan makhluk-makhluk spiritual lainnya seperti malaikat dan jin.

Hal itu dapat dilakukan tentu saja jika manusia itu mampu menyingkap tabir rahasia yang selama ini menghijab dirinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement