Rabu 23 May 2012 19:17 WIB

Mungkinkah Berguru kepada Penghuni Alam Lain? (1)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

“Barangsiapa yang bermimpi melihatku, maka dia melihatku karena setan tidak akan bisa menyerupai diriku.” (Hadis)

Suatu saat, Imam Al-Ghazali ditanya muridnya perihal banyaknya hadis ahad atau hadis tak populer yang dikutip dalam Ihya’ Ulumuddin.

Lalu, Al-Ghazali menjawab, dirinya tak pernah mencantumkan sebuah hadis dalam Ihya’ tanpa mengonfirmasikan kebenarannya kepada Rasulullah.

Jika ada lebih dari 200 hadis dikutip di dalam kitab itu, berarti lebih 200 kali Imam Al-Ghazali berjumpa dengan Rasulullah.

Padahal, Imam Al-Ghazali hidup pada 450 H/1058 M hingga 505 H/1111 M, sedangkan Rasulullah wafat tahun 632 M. Berarti, masa hidup antara keduanya terpaut lima abad.

Kitab Ihya’ yang terdiri atas empat jilid itu ditulis di menara Masjid Damaskus, Suriah, yang sunyi dari hiruk pikuk manusia.

Pengalaman lain, Ibnu Arabi juga pernah ditanya muridnya tentang kitabnya, Fushush Al-Hikam. Setiap kali sang murid membaca pasal yang sama dalam kitab itu selalu saja ada inspirasi baru.

Menurutnya, kitab Fushuh bagaikan mata air yang tidak pernah kering. Ibnu Arabi menjawab, kitab itu termasuk judulnya dari Rasulullah yang diberikan melalui mimpi. Dalam mimpi itu, Rasulullah berkata, “Khudz hadzal kitab, Fushuh Al-Hikam (ambil kitab ini, judulnya Fushush al-Hikam).”

Kitab Jami’ Karamat Al-Auliya’ karangan Syekh Yusuf bin Isma’il Al-Nabhani, sebanyak dua jilid, mengulas sekitar 625 tokoh/ulama yang memiliki karamah, yaitu pengalaman luar biasa mulai dari sahabat nabi hingga tokoh abad ke-19.

Sayang, di dalamnya tidak dimasukkan sejumlah orang yang dapat dikategorikan sebagai wali yang berasal dari Indonesia. Seperti beberapa ulama yang tergabung di dalam Wali Songo. Dalam kitab ini, Subhanallah, ternyata pengalaman batin dan spiritual hamba Allah SWT berbeda-beda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement