Rabu 16 May 2012 20:40 WIB

Thauqul Hamamah Fil Alfah wal Allaf, Konsep Cinta Ulama Andalusia (3)

Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

Oleh: Yayan Suryana*

Lalu, Ibnu Hazm menulis sebuah syair mengungkapkan rasa cinta dan kesucian kasihnya kepada gadis itu sekaligus memahami penolakannya tempo hari.

Berikut bait-bait yang ditulisnya itu:

Jangan kau dekati jika ia menjauh serta enggan berjumpa, namun mengapa ia menjauh?

Mungkinkah bulan sabit turun mendekat? Ataupun kijang diam tak berlari.

Akan tetapi, kedua bait ini tidak mendapatkan jawaban. Oleh karena itu, tidak lama kemudian Ibnu Hazm mengirim dua bait lagi kepada gadis itu untuk mengadukan kegelisahan jiwanya dan rasa cintanya yang membara:

Aku menikmati sakit karenamu wahai harapanku, dan aku tidak akan meninggalkanmu sepanjang waktu.

Jika seseorang berkata kepadaku: Kau hanya menghibur diri dengan kasih sayangnya! maka tiada jawaban kecuali huruf Laam dan Alif! (Tidak).

Inti cinta dalam Thauqul Hamamah

Cinta awalnya penderitaan dan akhirnya ialah kesungguhan. Ia tidak bisa diumpamakan, akan tetapi harus dipahami makna-maknanya sampai anda tahu dengan sendirinya.

Agama tidak menolaknya dan syariat tidak melarangnya karena hati berada di genggaman Allah SWT. Karena para khalifah dan banyak ulama yang diberi petunjuk pun pernah jatuh cinta.

Rasa cinta begitu beragam. Yang paling mulia adalah cinta orang-orang yang saling mengasihi di jalan Allah SWT. Kemudian cinta kepada keluarga, cinta untuk menyusun dan bersatu dalam tanggung jawab, cinta kepada pertemanan dan pengetahuan, cinta akan kebaikan yang diberikan seseorang kepada saudaranya, dan cinta yang tamak kepada popularitas orang yang dicintainya.

Ada pula cinta untuk mencari kepuasan biologis dan sebatas menyalurkan nafsu seks, serta cinta dengan kerinduan yang tidak dapat diobati kecuali bertemu dengan jiwa-jiwa yang terpisah.

Kesemua cinta ini dapat berubah sesuai perubahan sebab-sebabnya, kecuali cinta yang disertai kerinduan yang benar dan tidak ada obatnya, itulah cinta yang abadi kecuali dipisahkan oleh kematian.

Dalam kondisi cinta seperti itu, pikiran menjadi sangat serius, membuat gila, beragam bisikan, tubuh menjadi kurus kering, dan seluruh tanda-tanda kesedihan hadir. Semua keadaan ini tidak ditemukan dalam jenis-jenis cinta yang lain.

* Penulis adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (citizen journalist).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement