Rabu 16 May 2012 19:59 WIB

Thauqul Hamamah Fil Alfah wal Allaf, Konsep Cinta Ulama Andalusia (1)

Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

Oleh: Yayan Suryana*

Kitab Thauqul Hamamah Fil Alfah wal Allaf merupakan salah satu karya sastra fenomenal yang ditulis pada abad pertengahan. Kitab yang ditulis Ibnu Hazm Al-Andalusi (384-456 H) itu banyak berbicara tentang cinta dan persahabatan.

Karya sastra ini dianggap fenomenal karena uraiannya yang luas tentang permasalahan cinta dan lebih jauh lagi dalam kehidupan manusia secara umum. Didukung oleh kemampuan penulis dalam membaca corak karakter manusia dan rahasianya yang paling dalam.

Sebenarnya manuskrip ini adalah biografi penulisnya yang menggambarkan perasaannya dalam hidup. Ibnu Hazm telah menggabungkan antara pemikiran cinta dalam mata filsafat dan realita sejarah. Oleh karena itu, buku tersebut mengupas pemikirannya dan murni dari pengalaman yang dilaluinya.

Sangat berani, lugas, dan bebas dari perasaan takut kepada penguasa. Pemikirannya didukung oleh kisah-kisah yang ia dengar atau ia alami, kemudian karya tersebut ia bumbui dengan sejumlah syair-syairnya yang kontekstual.

Ibnu Hazm

Ia bernama lengkap Ali bin Ahmad bin Hazm, sementara kakeknya bernama Yazid berasal dari Persia. Ia dilahirkan di Kota Kordoba pada tahun 384 Hijriyah dan tumbuh di tengah keluarga yang penuh dengan harta dan kekayaan. Ia pernah berujar, “Hal yang paling sering aku lihat adalah mimbar-mimbar dari emas dan perak.”

Ibnu Hazm dikenal sebagai penyair dan sastrawan yang kental dengan peradaban sehingga menjadikannya mampu mengeksplorasi sebuah syair. Dan banyak dari syair-syairnya mengungkapkan sesuatu yang mengelilingi perasaannya serta hal-hal yang dirasakan kebanyakan orang.

Terkadang mengungkapkan pandangan-pandangannya kepada dunia dan perputarannya. Ibnu Hazm dikenal sebagai sastrawan, alim, dan ahli fikih mazhab Adz-Dzahiri.

Thauqul Hamamah melewati proses penerbitan yang panjang untuk sampai ke tangan kita sesuai dengan naskahnya yang asli. Naskah, uraian, dan revisinya diulas oleh berbagai misionaris. Dan, mereka mempunyai peran sangat besar untuk menjadikannya sampai ke tengah-tengah umat Islam.

Pada pertengahan pertama abad ke-17, Duta Besar asal Belanda, misionaris Von Werner mempelajari beberapa manuskrip Arab di sela-sela tugasnya sebagai diplomat di Istanbul, Turki. Tanpa sengaja, ia membeli seribu manuskrip dari lelaki bernama Haji Khalifah, seseorang yang memiliki perpustakaan terbesar di Istanbul.

* Penulis adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (citizen journalist).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement