REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Para pemimpin komunitas muslim Inggris mengaku prihatin dengan perkembangan kelompok ultra-kanan di Inggris. Menurut mereka, perkembangan kelompok tersebut sejalan dengan peningkatan rasa benci terhadap muslim.
"Mereka tumbuh, demikian pula dengan kebencian," ungkap juru bicara Federasi Muslim Leicestershire, Suleman Nagdi, seperti dikutip onislam.net, Senin (14/5).
Menurut Suleman, komunitas muslim sebaiknya tidak berdiam diri. Perlu ada langkah-langkah seperti dialog untuk menurunkan tensi kebencian yang mulai meningkat."Pastinya ada efek buruk bila rasa kebencian ini tidak ditanggulangi," ujarnya.
Juru bicara Dewan Muslim Inggris (MCB) mengatakan pihaknya telah menerima surat dan panggilan telepon dari muslim yang mengalami diskriminasi. Sebagai respon atas hal itu, MCB telah mengutuk mereka yang terlibat. "Pertanyaannya, bagaimana muslim menjalani rutinitas sehari-hari ditengah rasa kebencian yang meningkat," kata dia.
Sebelumnya, pengadilan di Liverpool, pekan lalu, menghukum sembilan pria keturunan Pakistan dan Afghanistan karena ketahuan terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Putusan itu kian membenarkan retorika kalangan sayap kanan terhadap minoritas Muslim.
"Ini berbahaya bagi hubungan masyarakat," kata Fiyaz Mughal, dari Faith Matters, organisasi yang aktif menangani korban Islamofobia.
Dia mengatakan putusan sidang telah membantu sayap kanan kelompok untuk menambah tekanan terhadap minoritas Muslim. "Mereka semakin puas memojokan muslim," kata di.
Seperti diberitakan aksi unjuk rasa Anti Islam dan imgran yang terjadi di Inggris, meningkat signifikan. Diotaki English Defence League atau Liga Pertahaan Inggris (EDL), organisasi ekstrim sayap kanan Inggris ini, aksi unjuk rasa selalu berakhir rusuh.
Februari silam, aksi unjuk rasa anti Islam yang dilakukan EDL merupakan yang terbesar dalam dua tahun belakangan. Konon, sejumlah aktor sayap kanan di Eropa yang terkenal anti-Islam juga berpartisipasi. Sembari meneriakan "Muslim meledakan jalan-jalan kami", mereka membawa plakat yang bertuliskan "Tidak ada lagi pembangunan masjid".