Selasa 08 May 2012 22:08 WIB

Sudahkah Kita Menjadi Muttaqin? (4-habis)

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Konsep integralistik secara internal dan secara eksternal ini merupakan perwujudan perilaku insan kamil dan inilah konsep tauhid yang sesungguhnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sarat dengan latihan-latihan spiritual untuk berusaha memperoleh martabat yang lebih tinggi di sisi Allah SWT. Di siang hari, kita berpuasa untuk mencontoh sifat-sifat Tuhan. Tuhan tidak makan, tetapi memberi makan.

Berpuasa dalam arti menahan diri untuk tidak makan dan tidak minum bisa menjadi upaya meneladani Tuhan. Tuhan memberi makan, tetapi tidak makan (Huwa yuth’im wala yuth’am (QS. 6: 14).

Tuhan tidak memiliki teman seksual (Walam takun shahibah QS 6: 101). Diharapkan pada diri yang berpuasa senantiasa mengendalikan diri dari sifatsifat tercela.

Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk mengembangkan sifat-sifat utama, seperti meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya yang baik, misalnya Tuhan Maha Pengasih (Al-Rahman), Maha Penyayang (Al-Rahim), Maha Pemaaf (Al-'Afuw), Maha Bijaksana (Al-Hakim), Maha Adil (Al-Adl), Maha Sopan Santun (Al-Lathif), Maha Berkreasi (Al-Khaliq), Maha Pemberi (Al-Wahb), dan beberapa sifat-sifat lainnya yang terdiri atas 99 nama yang lebih dikenal dengan (Al-Asma' Al-Husna).

Manusia dituntut meneladani-Nya sebatas kemampuannya. Orang-orang yang berpuasa, tetapi tidak menampakkan bekas sebagaimana sifat-sifat Tuhan tadi, dikhawatirkan mereka itulah yang tidak memperoleh sesuatu kecuali lapar dan dahaga.

Orang yang dapat meneladani sifat-sifat Tuhan itulah yang sesungguhnya disebut orang bertakwa (muttaqin), sebagaimana dijanjikan bagi orang-orang yang berpuasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement