Selasa 08 May 2012 21:41 WIB

Sudahkah Kita Menjadi Muttaqin? (3)

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Tuhan tidak hanya memerhatikan kepentingan manusia, sebagaimana pemahaman yang keliru sebagian orang terhadap konsep penundukan alam raya (taskhir) kepada manusia. Seolah-olah konsep taskhir adalah ‘SIM’ untuk menaklukkan alam semesta.

Padahal, konsep taskhir sebenarnya bertujuan untuk merealisasikan eksistensi asal segala sesuatu itu sebagai the feminine nature, yang mengacu pada keseimbangan kosmos dan ekosistem.

Manusia sebagai khalifah selayaknya menjalankan fungsi kekhalifahannya dan senantiasa mengidentifikasikan diri dengan The Feminine God.

Sekiranya demikian, sudah barang tentu tidak akan pernah terjadi kekacauan lingkungan alam dan lingkungan sosial.

Sebaliknya, yang akan terjadi adalah kedamaian kosmopolitan (rahmatan lil’alamin) di tingkat makrokosmos dan negeri tenteram di bawah lindungan Tuhan (baldatun thayyibatun wa Rabbun Gafur) di tingkat mikrokosmos.

Hanya bagi mereka yang berpuasa yang dapat menjelaskan kaitan antara mikro kosmos, Tuhan, dan makrokosmos. Mereka akan merasakan bagaimana peranan puasa dalam menjalankan misi dan kapasitasnya sebagai khalifah dan representasi Tuhan di bumi.

Orang-orang yang demikian inilah sesungguhnya yang menjalankan konsep ketauhidan yang paling ideal. Mereka menganggap dirinya sebagai makhluk mikrokosmos yang mempunyai konsep kesatuan dengan makhluk makrokosmos.

Di tingkat kemanusiaan, mereka dengan sendirinya berupaya menyingkirkan berbagai kesenjangan sosial yang ada di dalam masyarakat dalam upaya mewujudkan keutuhan sesama makhluk mikrokosmos.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement