Jumat 20 Apr 2012 18:53 WIB

Pembatasan Alkohol di Kampus London Picu Islamofobia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Univesitas Metropolitan London
Foto: grape.uji.es
Univesitas Metropolitan London

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mahasiswa Muslim di Universitas Metropolitan London, Inggris meminta pihak kampus tidak melarang penjualan minuman beralkohol pada area tertentu. Sebab, larangan itu berpotensi mengkambinghitamkan mahasiswa Muslim.

"Larangan itu juga memiliki dampak bagi mahasiswa Muslim," kata Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa, Syed Rumman, seperti dikutip thisislondon.co.uk, Jum'at (19/4)

Menurut dia, pihak kampus seharusnya memikirkan efek larangan itu kepada Muslim. Pasalnya, ada kemungkinan mahasiswa lain akan menuduh mahasiswa Muslim sebagai otak dibalik larangan itu. "Kami memang dilarang mengkonsumsi alkohol, tapi bukan berarti kami harus melarang mahasiswa lain untuk mengkonsumsi alkohol," sebutnya.

Rumman pun khawatir larangan tersebut justru bergeser menjadi isu agama. "Ini yang jadi masalah," ujarnya.

Sebelumnya, pihak kampus berupaya untuk melarang penjualan minuman beralkohol pada area tertentu. Tujuannya adalah untuk menjaga ketertiban dan kenyamanan kampus. Ide awal dari larangan ini memang secara tidak langsung berasal dari keluhan mahasiswa Muslim. Mereka kerap mengalami gangguan saat melewati cafe dan pub yang berada di dekat kampus.

Namun, Rumman membantah ide larangan itu berasal dari mahasiswa Muslim. Sebab, mahasiswa Muslim tidak pernah menyampaikan secara langsung kepada pihak kampus untuk melarang penjualan minuman beralkohol. "Jika kampus ingin melaksanakan kebijakan itu maka harus keluar dari isu agama. Jika memang yang terjadi isu agama maka sudah sepantasnya mereka juga berlakukan larangan daging babi di kantin kampus," paparnya.

Pernyataan senada dilontarkan Claire Locke, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa. Locke menilai, larangan ini akan melahirkan asumsi mahasiswa Muslim merupakan pihak dibalik lahirnya aturan ini. Asumsi itu sangat berbahaya dan bakal memicu islamofobia di kampus. "Liga Pertahanan Inggris (EDL) akan memanfaatkan betul masalah ini untuk tujuan mereka sendiri," ujarnya.

Presiden Lembaga Persatuan Melawan Fasisme, Ellie Mei mengatakan, kebijakan kampus tidak sensitif melihat perkembangan isu di masyarakat luas. Meski dengan niatan baik, tapi isu itu bakal memicu permusuhan dan provokasi terhadap Muslim. "Kita saat ini berbicara tentang ruang dimana sensitifitas mengintai," katanya.

Universitas Metropolitan London tengah mempertimbangkan larangan penjualan alkohol di sejumlah sudut kampus. Inisiatif itu berasal dari petinggi kampus. "Sebagian besar mahasiswa menganggap konsumsi alkohol itu tidak bermoral," ungkap Malcom Gilles, salah seorang petinggi kampus.

Gilles mengatakan seperlima dari mahasiswa merupakan Muslim, dan mayoritas dari mereka adalah perempuan. Karena itu, pertimbangan dari pengajuan ini terkait kepekaan budaya lokal. "Banyak dari mahasiswa kami, selain Muslim, yang trauma dengan alkohol," katanya.

Sebabnya, pihak kampus merasa perlu untuk menata ulang penyebaran konsumsi alkohol. Minimal, pub atau kafe setidaknya berjarak 200 meter dari kampus. "Ini bukan masalah kepentingan kelompok tertentu. Tapi kami memiliki pemikiran jauh soal masalah ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement