Senin 16 Apr 2012 07:56 WIB

Kimia Kebahagiaan Al-Ghazali: Tentang Pernikahan (6)

Pernikahan (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Pernikahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Ketiga, seorang suami istri mesti berkenan terhadap rekreasi-rekreasi dan kesenangan-kesenangan istrinya dan tidak mencoba menghalanginya.

Nabi SAW sendiri pada suatu waktu pernah berlomba lari dengan istrinya, Aisyah. Pada kali pertama, Nabi SAW mengalahkan Aisyah dan pada kali kedua, Aisyah mengalahkannya.

Di waktu lain, beliau menggendong Aisyah agar ia bisa melihat beberapa orang Habsy menari. Pada kenyataannya akan sulitlah untuk menemukan seseorang yang bersikap sedemikian baik terhadap istri-istrinya seperti yang dilakukan Nabi SAW.

Orang-orang bijak berkata, "Seorang suami mesti pulang dengan tersenyum dan makan apa saja yang tersedia dan tidak meminta apa-apa yang tidak tersedia." Meskipun demikian, ia tidak boleh berlebihan agar istrinya tidak kehilangan penghargaan atasnya.

Jika ia melihat sesuatu yang nyata-nyata salah dilakukan oleh istrinya, ia tidak boleh mengabaikannya, melainkan harus menegurnya. Atau jika tidak, ia akan menjadi sekadar bahan tertawaan saja.

Dalam Alquran tertulis, "Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita," dan Nabi SAW bersabda, "Celakalah laki-laki yang menjadi budak istrinya." Seharusnya istrinyalah yang menjadi pelayannya. Orang-orang bijak berkata, "Berkonsultasilah dengan wanita dan berbuatlah yang bertentangan dengan apa yang mereka nasehatkan."

Memang ada suatu sikap suka melawan dalam diri wanita; dan jika mereka diizinkan meskipun sedikit, mereka akan sama sekali lepas kendali dan sulitlah untuk mengembalikannya kepada sikap yang baik. Dalam urusan dengan mereka, seseorang mesti berusaha menggunakan gabungan antara ketegasan dan rasa kasih sayang dengan kasih sayang sebagai bagian yang lebih besar.

Nabi SAW bersabda, "Wanita diciptakan seperti sepotong tulang iga yang bengkok. Jika kau coba meluruskannya, kau akan mematahkannya; jika kau biarkan demikian, ia akan tetap bengkok. Karena itu perlakukanlah ia dengan penuh kasih sayang."

Keempat, dalam hal pelanggaran susila, seorang suami harus sangat berhati-hati agar tidak membiarkan istrinya dipandang atau memandang seorang asing, karena awal dari seluruh kerusakan itu adalah dari mata. Sebisa-bisanya jangan izinkan ia untuk keluar rumah, berdiri di loteng rumah atau berdiri di pintu. Meskipun demikian, anda mesti hati-hati agar tidak cemburu tanpa alasan dan bersikap terlalu ketat.

Suatu hari Nabi SAW bertanya kepada anaknya, Fathimah, "Apakah yang terbaik bagi wanita?"

Ia menjawab, "Mereka tidak boleh menemui orang-orang asing, tidak pula orang-orang asing boleh menemui mereka."

Nabi SAW senang mendengar jawaban ini dan memeluknya seraya berkata, "Sesungguhnya engkau adalah sebagian dari hatiku."

Amirul Mukminin Umar berkata, "Jangan memberi wanita pakaian-pakaian yang baik, karena segera setelah mereka mengenakannya mereka berkeinginan untuk keluar rumah."

Pada masa hidup Nabi, wanita-wanita diizinkan pergi ke masjid dan tinggal di barisan paling belakang. Tapi secara bertahap hal ini dilarang.

sumber : Kimyatusy Sya'adah (The Alchemy of Happiness) Al-Ghazali, terjemahan Haidar Bagir
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement