REPUBLIKA.CO.ID, TASHKENT - Entah apa motif di balik pemerintah Uzbekistan terkait pelaksanaan program rahasia untuk mensterilkan Muslimah tanpa sepengetahuan mereka. Yang pasti, pemerintah berdalih mereka tengah berupaya untuk mengontrol pertumbuhan populasi pada negara miskin di Asia Tengah ini.
Salah seorang Ginekolog, yang enggan disebutkan namanya mengungkap setiap tahun pemerintah memerintahkan para dokter untuk memberikan layanan kontrasepsi kepada Muslimah. Pemerintah lalu meminta data jumlah muslimah yang perlu disterilkan.
"Kami diminta Presiden Islam Karimov untuk mensterilkan muslimah tanpa persetujuan mereka. Mereka memberikan kami kuota yakni dalam sebulan ada empat Muslimah yang disterilkan," ungkap dia seperti dikutip onislam.net, Jumat (13/4).
Yang mengejutkan, untuk daerah pedesaan pemerintah meminta dokter untuk lebih banyak mensterilkan perempuan. Bahkan kuotanya melebihi apa yang dimintakan kepada ginekolog tadi yakni delapan Muslimah per minggu.
"Sekali atau dua kali dalam sebulan, kadang-kadang lebih, seorang perawat dari klinik setempat datang ke rumah saya guna mengantarku ke rumah sakit untuk operasi," ungkap seorang Ibu dari tiga anak di wilayah Jizzakh, Uzbekistan.
Menurutnya, operasi itu diawal gratis. Namun, untuk pengobatan lanjutnya dirinya harus membayar. Hingga kini, pengobatan itu terus dilakukan.
Sebuah sumber Departemen Kesehatan mengonfirmasikan bahwa program tersebut bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan penduduk Uzbekistan. Akan tetapi, tujuan itu dinilai organisasi pembela hak-hak permpuan merupakan tindakan pembohongan terhadap perempuan.
"Kita bicara tentang puluhan ribu perempuan yang disterilkan di seluruh negeri," kata juru bicara, Sukhrob Ismailov yang juga mencatat ada 2010 ada sekitar 80 ribu perempuan telah disterilkan. "Di atas kertas, sterilisasi harus bersifat sukarela, tetapi para Muslimah tidak mendapatkan pilihan," komentar seorang dokter senior.
Ia mengatakan sangat mudah untuk memanipulasi perempuan. Tinggal mengatakan sterilisasi yang terbaik, maka Muslimah akan dengan mudah menurut.
Adolat, salah seorang yang disterilkan mengaku tidak tahu kalau dirinya mengikuti program itu. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Aku selalu bermimpi memiliki banyak anak. Tapi setelah putri keduaku lahir, aku tidak bisa hamil lagi," kata dia.
Ia masih ingat, saat melahirkan putri keduanya itu, dokternya mengatakan bahwa dirinya steril. "Aku terkejut dan menangis. Bagaimana mereka dengan tega melakukan hal ini," ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Uzbekistan menyangkal tuduhan tersebut. Pemerintah mengatakan informasi itu merupakan fitnah. Tetapi beberapa dokter menyebutkan meningkatnya jumlah operasi caesar merupakan bukti adanya program sterilisasi di Uzbekistan.
Namun, beberapa dokter dan profesional medis mengatakan sterilisasi paksa tidak hanya alat kontrol populasi tetapi untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
"Ini adalah rumus sederhana, semakin sedikit muslimah yang melahirkan maka semakin berkurang dari anak dan ibu yang meninggal," pungkasnya. Uzbekistan, negara berpenduduk 28 juta jiwa. Sebagian besar dari masyrakat Uzbekistan hidup di bawah garis kemiskinan.