REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA--Meluruskan kesalahpahaman tentang Islam terus menjadi fokus komunitas muslim Kanada. Sebab, sebagian besar kasus diskriminasi yang terjadi disebabkan oleh kesalahpahaman itu.
Berlatar belakang hal itu, sekelompok mahasiswa muslim Kanada membentuk Klub Persaudaraan Muslimah."Klub ini bukan hanya fokus menunjukan identitas kami sebagai muslim. Tetapi juga terkait masalah berbagi dengan orang lain," ungkap Hafa Golabkhan, salah seorang pendiri Klub Muslimah seperti dikutip onislam.net, Selasa (3/4).
Yang dimaksud berbagi, lanjut Haffa, pihaknya bersemangat untuk menginformasikan, mendidik dan mengajar orang lain tentang keyakinannya. "Adalah harapan kami untuk dapat meminimalisir insiden stereotip yang banyak dialami muslimah," ujarnya.
Anggota Klub Muslimah, Lamyaa Alshenrifi mengungkapkan pengalamannya saat dituduh gurunya karena bersikap kasar lantaran menolak berjabat tangan dengan pria. Saat itu, Lamyaa tidak dapat berbahasa Inggris dengan baik. Padahal ia berniat untuk mengutarakan alasannya karena menolak berjabat tangan.
"Aku begitu terluka. Kalau saja, guruku memberi waktu untuk menjelaskan. Aku rasa ia akan menghormatiku," ujarnya.
Anggota lainnya, Mei Almohanna, mengatakan apa yang dirasakan Lamya begitu menyakitkan. "Ketika anda menghadapi situasi macam itu. Tentu terasa sakitnya. Sebab, anda benar-benar mencintai agama," ujarnya.
Sebagai implementasi dari tujuan berdirinya klub, para anggota klub segera menggadakan diskusi tentang hijab. Pada kesempatan itu hadir 30 peserta baik muslim maupun non-muslim.
"Seorang muslimah ingin mengharapkan adanya rasa hormat dari sesama karena hijab yang dikenakan. Rasa hormat itu akan menghilangkan unsur seksualitas pada pandangan terhadap perempuan," katan Alshenrifi.