REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Eksistensi sekolah dan perguruan tinggi di bawah naungan ormas Islam mampu menyumbangkan kekhasan dalam pembentukan kepribadian generasi muda.
Ribuan lembaga pendidikan tersebut mampu mempertahankan kekhasannya serta menjadi lebih inovatif untuk bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.
"Standar nasional pendidikan Kemendikbud itu standar minimal. Tapi, kita ingin ada kekhasan dalam standar lembaga pendidikan di bawah Nahdlatul Ulama," ungkap Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Maarif NU, Masduki Baidlowi, Ahad (1/4).
Kekhasan tersebut terletak pada pendidikan karakter religius yang diterapkan dalam kurikulum pendidikan sekolah serta pendidikan tinggi yang dinaungi NU.
Masduki meyakini penggabungan standar pendidikan umum dengan penetrasi nilai-nilai akhlak dan ibadah menjamin mutu lulusan mereka. Penerapan sistem pendidikan itu merata di sekitar 12 ribu lembaga pendidikan tingkat SD hingga SMA maupun Madrasah Ibtidaiyah hingga Madrasah Aliyah.
Unggul dalam pembentukan karakter juga dirasa belum lengkap oleh pengurus Maarif NU. Bekal ketrampilan yang bisa diaplikasikan langsung ke masyarakat juga menjadi modal kurikulum mereka. Seperti yang diterapkan oleh SMK standar internasional milik NU di Kebumen.
Dari survei yang dilakukan pihak Maarif pada wali murid, ternyata pilihan mereka menyekolahkan anaknya kesana karena ada nilai lebihnya. "Sekolah itu laris manis karena lulusannya bisa fasih membaca Alquran dan rata-rata bisa menghapalnya,"cetus Masduki.
Meski menawarkan nilai plus, tantangan bagi lulusan SMK tersebut kerap ditemui. Pasalnya, keahlian teknis mereka belum terasah optimal. Maka, digelarlah proyek eksperimen pembangkit listrik tenaga angin sebagai pengasah kemampuan anak didiknya.
Pihak sekolah pun kini mulai menjajaki kerja sama dengan melakukan riset bersama pengusaha penyedia pembangkit tenaga surya. "Lulusan sekolah NU nantinya bisa berkontribusi langsung ke masyarakat,"jelas Masduki.
Di tingkat perguruan tinggi (PT), Maarif NU juga membingkai sosok sarjana nahdliyin sebagai agen sosial yang bisa mengubah kondisi masyarakat. Meski mengaku menaungi lebih dari 100 PT, ada lima PT unggulan. Diantaranya Universitas Islam Malang, Universitas Islam Nusantara, Universitas Islam Lamongan, Universitas Wahid Hasyim, Universitas Sunan Giri, dan STAINU. "Selain mampu bersaing di pasar kerja, mereka juga harus mampu berdakwah," jelas Masduki.