Senin 19 Mar 2012 06:44 WIB

Mujahidah: Ummu Habibah, Keteguhan Iman Ummul Mukminin (2)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Mereka yang akan kembali ke Makkah, di tengah perjalanan mendengar bahwa kaum kafir Quraisy makin gencar menebar terror dan menindas pemeluk agama Islam.

Akhirnya, mereka kembali ke Habasyah. Bertahun-tahun, umat Islam yang tinggal di Afrika itu menunggu kabar baik dari Makkah.

Keimanan Ummu Habibah pun mulai diuji. Ubaidillah yang mengajaknya masuk Islam justru menjadi pesimis dan putus asa bahwa agama yang dibawa Muhammad SAW akan berkembang. Ia pun memilih murtad dari Islam dan memeluk agama orang-orang Habasyah, yakni Nasrani.

"Wahai Ummu Habibah, aku melihat tidak ada agama yang lebih baik daripada agama Nasrani, dan aku telah menyatakan diri untuk memeluknya. Setelah aku memeluk agama Muhammad, aku akan memeluk agama Nasrani," ujar Ubaidillah kepada istrinya.

Ubaidillah yang dulunya tak pernah mabuk pun menjadi peminum. Sang suami pun akhirnya tewas karena terlalu banyak menenggak minuman keras.

Ummu Habibah pun sempat diajak sang suami meninggalkan Islam. Namun, dengan tegas ia menolaknya. Ummu Habibah memilih tinggal di Habasyah. Ia tak mungkin kembali ke Makkah, karena ayahnya adalah orang yang paling memusuhi Islam.

Suatu malam Ummu Habibah bermimpi. "Dalam tidurku aku melihat seseorang menjumpaiku dan memanggilku dengan sebutan ‘Ummul-Mukminin’. Aku terkejut. Kemudian aku menakwilkan bahwa Rasulullah akan menikahiku," tuturnya. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.

Ia dinikahi oleh Rasulullah SAW. "Tanpa aku sadari, seorang utusan Najasyi mendatangiku dan meminta izin, dia adalah Abrahah, seorang budak wanita yang bertugas mencuci dan memberi harum-haruman pada pakaian raja. Dia berkata, ‘Raja berkata kepadamu, ‘Rasulullah mengirimiku surat agar aku mengawinkan kamu dengan beliau,” tutur Ummu Habibah, mengutip kata-kata Najasyi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement