REPUBLIKA.CO.ID, DUSHANBE -- Pemerintah Takjikistan berencana menurunkan status Masjid Muhammadiyah menjadi masjid biasa. Dengan status itu, Masjid Muhammadiyah tidak diperkenankan lagi menggelar shalat Jumat kendati dalam segi kapasitas telah memenuhi syarat.
Perlu diketahui, pemerintah Tajikistan memberlakukan aturan di mana setiap masjid dibagi menjadi dua kategori. Untuk kategori pertama, adalah masjid Jumat. Artinya, masjid ini diperbolehkan untuk menggelar shalat Jum'at. Agar masuk dalam kategori ini, pemerintah Tajikistan memberlakukan syarat yang ketat. Sebagai contoh saja, imam dan khatib yang akan mengisi shalat Jumat harus dipilih oleh Komite Urusan Agama ISlam (CRA) Tajikistan.
Untuk kategori dua, yakni masjid biasa. Setiap masjid yang masuk dalam kategori ini tidak diperkenankan untuk menyelenggarakan shalat Jumat meski dari sisi kelayakan telah memenuhi syarat. Serupa dengan masjid Jumat, setiap masjid biasa memiliki iman dan khatib yang dipilih CRA.
Dalam kasus Masjid Muhammadiyah, masjid yang berlokasi di di desa Turkobod, sekitar 30 kilometer timur Dushanbe ini merupakan milik keluarga Turajonzoda, keluarga ulama ternama di Tajikistan. Masjid ini diturunkan statusnya lantaran dituduh menyelenggarakan acara dalam tradisi syiah.
Imam dan Khatib Masjid Muhammadiyah, Vaysiddin Qurbonov, menyatakan telah mengirimkan surat kepada pemerintah untuk tetap mempertahankan status masjid. Namun, pemerintah tetap akan menurunkan status tersebut. "Dalam seminggu ini, status itu akan disahkan," kata dia seperti dikutip asia-plus.com, Kamis (15/3).
Sebelumnya, Muhammadjon Turajonzoda yang menjabat sebagai imam Masjid Muhammadiyah itu telah dipaksa oleh otoritas untuk mengundurkan diri pada Januari 2011. Selanjutnya ia digantikan Vaysiddin Qurbonov. Menurut beberapa sumber, Vaysiddin Qurbonov adalah murid dari Eshoni Nouriddinjon.